Sang Legendaris Michael Jordan dan 23 Rahasia Keberhasilan nya

Sang Legendaris Michael Jordan dan 23 Rahasia Keberhasilan nya


Michael Jordan sedang beraksi

Mengapa saya menulis rahasia Keberhasilan Michael Jordan? Pertama, MJ adalah salah satu tokoh sukses yang saya kagumi. Pada awalnya saya tidak hobby bermain basket, namun saya senang bila melihat acara basket di teve. Itu karena saya ingin melihat MJ dalam pertandingan. Semangat dan daya juang MJ telah menginspirasi saya dalam mengatasi kegagalan demi kegagalan saya, terutama di saat situasi krismon tahun 1997 hingga tahun 2000.. MJ telah
membantu saya menjadi pribadi yang kuat, singkat kata MJ telah ikut berperan dalam hidup saya.

Kedua, MJ adalah salah satu figur yang mendunia, hampir setiap orang, dan mungkin juga Anda pernah mendengar atau membaca kisah kehebatan MJ. Kisah keberhasilan MJ layak untuk diteladani dan menjadi inspirasi bagi kita semua.

Mengapa ada 23 rahasia, bukannya 18 atau angka lainnya? Ini untuk menghormati sang legenda Michael Jordan yang menggunakan nomor punggung 23 tatkala membela Chicago Bulls.

Michael Jordan sedang beraksi

David Beckham, pemain bola legendaris asal Inggris, mengaku penggemar bola basket dan sangat mengidolakan Michael Jordan, Beckham akhirnya memilih nomor punggung yang menjadi ikon MJ bersama Chicago Bulls, yakni 23 saat bermain untuk Real Madrid, Spanyol. “Saya fans berat Michael Jordan. Untuk bisa menggunakan seragam yang sama maka itu akan terasa spesial,” ungkap Beckham seperti diberitakan Yahoosports, Sabtu 9/1/2007).

Ronaldinho, Pemain Bercelona Spanyol, yang sangat diidolakan pecinta sepakbola ternyata juga mempunyai idola. Idolanya adalah legenda basket NBA Michael Jordan. Bahkan MJ menjadi inspirasinya. Mimpi bintang sepak bola Brasil Ronaldinho untuk bertemu dengan MJ terwujud setelah ia dipertemukan dengan legenda basket NBA ini di Barcelona, Spanyol, Senin (23/10/07). Ronaldinho dan MJ bertemu dalam promo tour bersama yang digagas sebuah produk olahraga.

Pertemuan itu menjadi tontonan menarik karena bintang lapangan hijau asal Brasil itu mengaku selama ini sangat mengagumi sosok MJ. Tanpa canggung striker yang kini merumput di Barcelona menyatakan terkesan setiap menyaksikan aksi MJ. Terlebih bintang basket tersebut telah menyumbangkan rekor enam kali juara untuk Chicago Bulls di kompetisi basket bergengsi NBA.

Tidak heran bila Ronaldinho mengaku prestasi MJ menjadi inspirasinya untuk bekerja keras di lapangan hijau. Dalam kesempatan itu pula Ronaldinho menyampaikan pujiannya atas kepedulian MJ atas perkembangan generasi muda saat
ini. Ia juga menanyakan kiat sukses MJ menjadi role model yang dikagumi anak-anak sedunia.

Cerita lain lagi dari Pelatih Basket UCLA, Steve Lavin mengatakan, “Di UCLA kami memiliki 23 prinsip tim. Mengapa 23? Itu untuk menghormati Michael Jordan.”

Seri tulisan ini merupakan intisari dari berbagai sumber diantaranya buku: The Magic of Teamwork, Boleh Gagal Tetapi Harus Terus Mencoba, How to be Like Mike. Anda juga bisa melihat koleksi DVD MJ yaitu: His Airness, Ultimate Jordan, Michael Jordan - Off Court (vcd), Road To Victory (vcd).

Alasan saya menulis serial MJ, karena saya begitu kagum dengan apa yang dilakukannya. Bagaimana cara MJ berkomunikasi dengan dirinya sehingga dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Dan bagaimana cara MJ merintis karir suksesnya, baik di lapangan sebagai bintang, maupun di luar lapangan sebagai bisnisman, bintang iklan dan saat ini sebagai pemilik sebuah club di NBA.

Melalui tulisan ini, Anda akan lebih mengenal sosok Michael Jordan yang juga pernah di coach oleh Anthony Robbins (World #1 Success Coach) di awal karirnya. MJ tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara dia bersikap saat di
lapangan maupun di luar lapangan. Marilah kita dengan hati yang jernih belajar dari MJ tentang rahasia keberhasilannya yang menjadikan dirinya seorang bintang.

Michael Jordan, Sang Legenda Basket Dunia olahraga mengenal beberapa nama sebagai legendanya masing-masing. Tinju
ada Mohammad Ali. Sepakbola ada Pele dan Maradona. Golf ada nama Tiger Woods. Balap F1 ada Michael Schumacher. Dan, di bola basket, ada satu nama yang dianggap paling berpengaruh hingga sekarang, Michael Jordan.

Untuk satu nama terakhir, meski sudah pensiun dari olahraga yang membesarkan namanya, namun dirinya seolah tak tergantikan. Beberapa nama yang dianggap sebagai the next Jordan-di arena basketball Amerika, NBA-tetap tak bisa
menggantikan ketenarannya. Nomor kaosnya-23-hingga kini juga digantung di langit-langit hall of fame sebagai bentuk penghargaan atas prestasinya.

Michael Jordan

Michael Jordan memang sosok yang sangat komplit. Di dalam lapangan, kemampuannya tak diragukan lagi. Berbagai atraksi menarik disuguhkan saat bertanding. Ia bahkan disebut-sebut bukan lagi sebagai seorang atlet, melainkan
sudah menjadi aktor film yang mengundang decak kagum penontonnya. Karena itu, tak heran, kala ia pernah memutuskan pensiun dini-pada tahun 1993-jumlah penonton basket di dunia menurun.

Dunia basket seakan kehilangan ruhnya. Tak urung, komentar yang meminta MJ kembali ke lapangan terus bergema. Dan, hal itu akhirnya diwujudkan oleh MJ dengan bergabung lagi ke tim Chicago Bulls pada tahun 1995. “Saya mundur karena
merasa sudah tak ada tantangan lagi. Dan saya kembali lagi karena saya merasa kini ada tantangan baru,” sebut MJ dalam sebuah wawancara.

Sosok MJ memang fenomenal. Jika beberapa orang merasa kurang nyaman saat bertemu dengan halangan dan rintangan, ia justru mencarinya. Misalnya, ketika ia kembali dari pensiunnya, secara tidak langsung, ia menantang pemain basket yang dianggap sebagai penggantinya, Kobe Bryant. Dalam sebuah pertandingan para bintang, ia beraksi mencoba menundukkan juniornya tersebut.

Hal tersebut juga ditunjukkan ketika masa awal kuliah. Karena tak punya tinggi badan yang memadai untuk masuk tim utama, dirinya sempat disingkirkan. Namun, bukannya merasa putus asa, ia terus berlatih sendiri hingga tinggi badannya
mencukupi. Meski masih dianggap kurang ideal, ia mampu mencetak skor meyakinkan sehingga akhirnya jadi pilihan utama. “Saya dapat menerima kegagalan, tapi saya tidak dapat menerima jika saya belum mencoba,” sebut MJ mengungkap rahasia suksesnya.

Tantangan dan halangan memang sering justru jadi penguat dirinya untuk mencapai prestasi. Pernah, ketika ia mulai masuk di tim profesional NBA, karena mempunyai prestasi cemerlang, ia justru sempat “dikucilkan” oleh pemain senior. “Saat kita ingin mencapai sesuatu, pasti akan ada halangan. Saya juga menjumpainya seperti juga orang lain. Tapi, seharusnya itu tak perlu menghentikan kita. Seperti saat mendapati tembok, jangan berpikir menyerah, tapi coba lompati dan lewati,” ungkap MJ. Dengan keyakinan inilah, MJ mampu mengubah tantangan itu sebagai batu loncatan mencapai sukses yang lebih maksimal.

Michael Jordan

Kini, nama MJ sangat lekat sebagai ikon NBA. Tak urung, legenda basket lain seperti Larry Bird pun hingga sampai mengomentari, “Dewa menyamar sebagai Michael Jordan.” Prestasi fenomenalnya membuat ia sering diundang untuk menyemangati banyak orang dalam berbagai bidang. “Saya sudah lebih dari 9000 kali gagal melakukan tembakan. Saya sudah hampir 300 kali kalah dalam pertandingan. Setidaknya, 26 kali saya dipercaya untuk menjadi algojo penentu kemenangan dan saya gagal. Saya gagal terus dan terus dalam hidup saya. Dan, justru karena itulah saya sukses,” sebut MJ dalam beberapa kali pidatonya.

Berikut ringkasan: 23 Rahasia Keberhasilan Michael Jordan:

Rahasia #1 : Segalanya dimulai dari Impian. Impian anda harus memberi semangat dalam hidup anda, sehingga mendorong anda untuk mengubah diri anda menjadi pemenang sejati.

Rahasia #2: Kata MJ tentang FOCUS. Latih pikiran Anda untuk ber-fokus pada karir yang sedang anda tekuni, dan singkirkan hal-hal sepele yang tidak penting.

Rahasia #3 : Jadilah selalu yang terbaik di bidang anda.

Rahasia #4 : Energi Antusiasme adalah bahan bakar emosi yang terhebat. Tanpa antusiasme, anda tidak akan meraih apa-apa.

Rahasia #5 : Jika kamu ingin meninggalkan jejak di pasir waktu, kerja keras adalah mutlak anda lakukan.

Rahasia #6 : Penyebab banyak orang tidak berhasil, karena mereka tidak punya cukup sarana dan disiplin diri untuk berusaha mencapai cita-cita itu.

Rahasia #7: Ketekunan bukanlah satu perjuangan panjang, melainkan banyak perjuangan pendek yang berturu-turut.

Rahasia #8 : Kita semua bertanggung jawab atas kehidupan kita sendiri, tak ada orang lain yang bisa melakukannya.

Rahasia #9 : Halangan tidak boleh menghentikan langkah anda. Jika dinding merintangi, jangan berbalik untuk menyerah. Carilah segala cara untuk memanjatnya, menembusnya atau mengitarinya.

Rahasia #10 : “Saya dapat menerima kegagalan, tapi saya tidak dapat menerima jika saya belum mencoba”

Rahasia #11: Pemenang selalu menganggap dirinya akan menang ketika pertandingan belum dimulai. Hidup adalah ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya.

Rahasia #12 : Kurangnya kepercayaan diri merupakan alasan utama yang membuat kita menghindar dari persaingan dan perjuangan. Dan tanpa perjuangan tidak ada kemungkinan untuk sukses.

Rahasia #13 : Bakat memenangkan permainan, namun Kerja sama Tim yang solid memenangkan setiap pertandingan.

Rahasia #14 : Berilah teladan yang positip bagi semua orang, dari setiap apa yang anda lakukan walaupun itu cuma 30 detik saja.

Rahasia #15 : Komitmen individu terhadap perjuangan dan Tim. Jika Anda punya komitmen terhadap sesuatu, Anda tidak punya dalih apa pun kecuali mencapai tujuan anda.

Rahasia #16 : Pemimpin yang baik, bukan hanya layak untuk diikuti orang lain,
pemimpin yang baik harus menciptakan banyak pemimpin baru

Rahasia #17 : Pemimpin yang baik adalah memberdayakan dan menciptakan nilai
tambah bagi setiap individu dalam tim anda

Rahasia #18 : Sembilan puluh persen kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
mengkomunikasikan sesuatu yang diinginkan oleh orang lain.

Rahasia #19 : Orang tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan teknologi,
mereka akan berhasil jika mereka mengandalkan sosialisasi

Rahasia #20 : Percayalah kepada orang lain dan mereka akan jujur kepadamu.
Perlakukan mereka dengan baik, dan mereka akan menunjukkan kebaikan mereka.

Rahasia #21 : Dibalik Keberanian terkandung kejeniusan, kekuatan dan
keajaiban.

Rahasia #22 : Rasa Hormat menghasilkan kepercayaan, kepercayaan menghasilkan
kesetiaan.

Rahasia #23 : Kata Jordan tentang Karakter. Hanya ada satu orang yang dapat
merumuskan kesuksesan dalam hidup anda, yaitu diri Anda sendiri.

Markus Tan
Licensed Practitioner of NLPTM (The Society of NLP)
Master Trainer Bestcamp – To Be Number One
www.best-camp.com
Read More
Kisah Bill Gates menggapai Impian dan menuju puncak sukses

Kisah Bill Gates menggapai Impian dan menuju puncak sukses


Bill Gates dan kisah sukses nya

William Henry Gates III atau lebih terkenal dengan sebutan Bill Gates, lahir di Seatle, Washington pada tanggal 28 Oktober 1955. Ayah Bill, Bill Gates Jr., bekerja di sebuah firma hukum sebagai seorang pengacara dan ibunya, Mary, adalah seorang mantan guru. Bill adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Sejak kecil Bill mempunyai hobi “hiking”,bahkan hingga kini pun kegiatan ini masih sering dilakukannya bila ia sedang “berpikir”.

Bill kecil mampu dengan mudah melewati masa sekolah dasar dengan nilai sangat memuaskan, terutama dalam pelajaran IPA dan Matematika. Mengetahui hal ini orang tua Bill, kemudian menyekolahkannya di sebuah sekolah swasta yang terkenal dengan pembinaan akademik yang baik, bernama “LAKESIDE”. Pada saat itu , Lakeside baru saja membeli sebuah komputer, dan dalam waktu seminggu, Bill Gates, Paul Allen dan beberapa siswa lainnya (sebagian besar nantinya menjadi programmer pertama microsoft) sudah menghabiskan semua jam pelajaran komputer untuk satu tahun.

Kemampuan komputer Bill Gates sudah diakui sejak dia masih bersekolah di Lakeside. Dimulai dengan meng”hack” komputer sekolah, mengubah jadwal, dan penempatan siswa. Tahun 1968, Bill Gates, Paul Allen, dan dua hackers lainnya disewa oleh Computer Center Corp. untuk menjadi tester sistem keamanan perusahaan tersebut. Sebagai balasan, mereka diberikan kebebasan untuk menggunakan komputer perusahaan. Menurut Bill saat itu lah mereka benar- benar dapat “memasuki” komputer. Dan disinilah mereka mulai mengembangkan kemampuan menuju pembentukan micr*soft, 7 tahun kemudian.

Selanjutnya kemampuan Bill Gates semakin terasah. Pembuatan program sistem pembayaran untuk Information Science Inc, merupakan bisnis pertamanya. Kemudian bersama Paul Ellen mendirikan perusahaan pertama mereka yang disebut Traf-O-Data. Mereka membuat sebuah komputer kecil yang mampu mengukur aliran lalu lintas. Bekerja sebagai debugger di perusahaan kontrkator pertahanan TRW, dan sebagai penanggungjawab komputerisasi jadwal sekolah, melengkapi pengalaman Bill Gates.

Musim gugur 1973, Bill Gates berangkat menuju Harvard University dan terdaftar sebagai siswa fakultas hukum. Bill mampu dengan baik mengikuti kuliah, namun sama seperti ketika di SMA, perhatiannya segera beralih ke komputer. Selama di Harvard, hubungannya dengan Allen tetap dekat. Bill dikenal sebagai seorang jenius di Harvard. Bahkan salah seorang guru Bill mengatakan bahwa Bill adalah programmer yang luar biasa jenius, namun seorang manusia yang menyebalkan.

Bill Gates & Paul Allen

Desember 1974, saat hendak mengunjungi Bill Gates, Paul Allen membaca artikel majalah Popular Electronics dengan judul “World`s First Microcomputer Kit to Rival Commercial Models”. Artikel ini memuat tentang komputer mikro pertama Altair 9090. Allen kemudian berdiskusi dengan Bill Gates. Mereka menyadari bahwa era “komputer rumah” akan segera hadir dan meledak, membuat keberadaan software untuk komputer - komputer tersebut sangat dibutuhkan. Dan ini merupakan kesempatan besar bagi mereka.

Kemudian dalam beberapa hari, Gates menghubungi perusahaan pembuat Altair, MITS (Micro Instrumentation and Telemetry Systems). Dia mengatakan bahwa dia dan Allen, telah membuat BASIC yang dapat digunakan pada Altair. Tentu saja ini adalah bohong. Bahkan mereka sama sekali belum menulis satu baris kode pun. MITS, yang tidak mengetahui hal ini, sangat tertarik pada BASIC. Dalam waktu 8 minggu BASIC telah siap. Allen menuju MITS untuk mempresentasikan BASIC. Dan walaupun, ini adalah kali pertama bagi Allen dalam mengoperasikan Altair, ternyata BASIC dapat bekerja dengan sempurna. Setahun kemudian Bill Gates meninggalkan Harvard dan mendirikan microsoft.

-

Bill Gates & Microsoft - perusahaan yang ia dirikan
Kisah Bill Gates Meninggalkan Harvard Demi Mengejar Impian

Ketika ia bosan dengan Harvard, Gates melamar pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan komputer di daerah Boston. Gates mendorong Paul Allen untuk mencoba melamar sebagai pembuat program di Honey-well agar keduanya dapat melanjutkan impian mereka untuk mendirikan sebuah perusahaan perangkat lunak.

Pada suatu hari di bulan Desember yang beku, Paul Allen melihat sampul depan majalah Popular Mechanics, terbitan Januari 1975, yaitu gambar komputer mikro rakitan baru yang revolusioner MITS Altair 8080 (Komputer kecil ini menjadi cikal bakal PC di kemudian hari). Kemudian Allen menemui Gates dan membujuknya bahwa mereka harus mengembangkan sebuah bahasa untuk mesin kecil sederhana itu. Allen terus mengatakan, Yuk kita dirikan sebuah perusahaan. Yuk kita lakukan.

Kami sadar bahwa revolusi itu bisa terjadi tanpa kami. Setelah kami membaca artikel itu, tak diragukan lagi dimana kami akan memfokuskan hidup kami. Kedua sahabat itu bergegas ke sebuah komputer Harvard untuk menulis sebuah adaptasi dari program bahasa BASIC. Gates dan Allen percaya bahwa komputer kecil itu dapat melakukan keajaiban. Dari sana pula mereka mempunyai mimpi, tersedianya sebuah komputer di setiap meja tulis dan di setiap rumah tangga.

Semangat Allen dan Gates tidak percuma, dan dari sana mereka mendirikan perusahaan “Microsoft”. Berawal dari komputer kecil itulah yang menjadi mode dari segala macam komputansi. Dan sekarang bisa Anda lihat bahwa Microsoft telah benar-benar menjadi bagian dari kebutuhan komputansi di seluruh dunia. Dan hampir setiap orang mengenal Bill Gates sebagai orang terkaya di dunia saat ini.

“Orang yang sukses adalah
orang yang memiliki mimpi
dan keyakinan bahwa mimpi itu akan dapat terjadi
berapapun harga yang harus ia bayar…”
Read More
BERPIKIR BENAR, BERPIKIR POSITIF

BERPIKIR BENAR, BERPIKIR POSITIF

eBook Gratis dari http://inspirasi-motivasi.blogspot.com
Berpikir Benar, Berpikir Positif
Oleh Elsa Sakina
Hak Cipta 2008 © oleh Elsa Sakina

Berpikir Benar, Berpikir Positif hanya tersedia untuk informasi umum bagi Anda. Jangan perlakukan informasi yang tersedia dalam ebook ini sebagai pengganti nasihat medis, legal, atau hal lain yang membutuhkan seorang professional di bidangnya.

Berpikir Benar, Berpikir Positif

Pikiran positif adalah pikiran yang dapat membangun dan memperkuat kepribadian atau karakter. Ini juga berarti bahwa kita bisa menjadi pribadi yang lebih matang, lebih berani menghadapi tantangan, dan melakukan hal-hal yang hebat. Pikiran positif tak akan membuat kita berhenti karena keterbatasan atau kelemahan kita, namun pikiran positif justru akan membuat kita mencari kekuatan kita hari demi hari.

Pascal pernah mengutarakan kalimat-kalimat bijak, yang kira-kira bunyinya seperti ini:
"Pikiran positif datang dari kepercayaan, pikiran negatif datang dari keragu-raguan; rasa takut yang benar adalah rasa takut yang digabungkan dengan harapan, karena itu lahir dari kepercayaan, serta kita berharap pada Tuhan yang kita yakini; sementara rasa takut yang salah digabungkan dengan keputusasaan, karena kita takut pada Tuhan; beberapa orang takut kehilangan-Nya, sementara yang lain takut mencarinya."

Jadi, kita tak perlu ragu-ragu akan kemampuan kita. Kita harus percaya pada kemampuan kita. Harga diri yang kita miliki seharusnya bisa membuat kita kuat dan terus bersikap positif. Kita juga seharusnya tak pantas untuk menjadikan `membuat alasan' sebagai kebiasaan kita. Sikap seperti ini tak akan bisa membuat kita menjadi pemenang dalam kehidupan ini. Sikap seperti inilah yang akan membunuh ambisi, melemahkan kemauan, dan membahayakan diri kita sendiri.

Orang-orang yang terus menerus dikelilingi oleh ketakutan tak tahu betapa banyaknya pikiran-pikiran negatif yang mempengaruhi mereka tiap harinya. Mereka membatasi diri mereka sendiri dengan sugesti bahwa keterbatasan mereka menghalangi mereka untuk sukses, dan mereka juga percaya bahwa diri mereka tidak berharga. Mereka tidak berpikir bagaimana caranya agar sukses, tapi mereka justru berpikir bagaimana mereka bisa gagal.

Pernahkan Anda mendengar tentang Washington Irving? Irving adalah seorang sastrawan Amerika yang terkenal dengan karyanya yang berjudul "The Legend of Sleepy Hollow". Suatu ketika, Washington Irving pernah diminta untuk memimpin suatu cara makan malam untuk kedatangan Charles Dickens, namun dia merasa bimbang dan yakin bahwa dirinya tak akan berhasil. Irving ditunjuk sebagai seorang pemimpin perjamuan, dan akhirnya dia menerima tugas tersebut.

Tapi, Irving terus menerus mengatakan bahwa dia takut jika dia akan gagal. Saat malam perjamuan tiba, Irving membuat pembukaan yang bagus, tapi tiba-tiba dia berhenti dan menutup pembicaraannya. Ketika dia duduk, dia berbisik pada teman di sebelahnya, "Sudah saya bilang, saya pasti gagal... dan itu baru saja terjadi!"

Cara berpikir Irving tersebut adalah alasan mengapa ia gagal. Seandainya ia berpikir bahwa dia pasti bisa, bukan pasti gagal, maka saya yakin kejadiannya tidak akan seperti itu. Dalam membangun kebiasaan berpikir positif -- dengan hanya melihatyang terbaik dalam diri Anda dan orang lain, percaya bahwa Anda mampu melakukan hal-hal besar -- perlu ditekankan bahwa pikiran kita memang suatu hal yang akan menentukan keberhasilan kita. Apa yang Anda lakukan kemarin menentukan diri Anda hari ini, dan apa yang Anda lakukan hari ini akan menentukan jadi apa Anda besok.

Coba tanyakan pertanyaan berikut: Apakah Anda mendapat manfaat dari berpikir negatif? Apakah Anda ingin memikirkan sesuatu yang akan menghambat diri Anda untuk melakukan hal-hal hebat? Apakah Anda menginginkan pikiran negatif yang pasti akan membawa ketidakpuasan, kesedihan, dan kegagalan?

Jika Anda seperti saya, pasti jawaban Anda untuk semua pertanyaan tersebut adalah `tidak'. Namun jika Anda tidak waspada, pikiran semacam itu akan menyelundup masuk ke dalam kepala Anda. Cara yang terbaik untuk mencegahnya adalah dengan terus mengisi pikiran Anda dengan pikiran positif, dengan berpikir bahwa Anda adalah bagian dari ciptaan Tuhan yang hebat, yang punya kemungkinan tak terbatas, yang terus tumbuh baik secara mental maupun spiritual, serta terus berjalan menuju keberhasilan.

Memang sulit untuk terus berpikir positif ketika keadaan kita berlawanan dengan mimpi-mimpi kita. Namun, ketika kita membiasakan diri untuk terus berpikir positif, maka kebiasaan tersebut akan menjadi suatu daya tarik bagi kita. Pikiran baik kita lama kelamaan akan menjadi pikiran besar, sehingga kita akan bisa melakukan hal-hal yang kelihatannya mustahil.

Dalam buku digitalnya yang berjudul "Guaranteed Success Thinking", Jim Ewards mencontohkan bahwa kebiasaan berpikir kita bisa diibaratkan dengan bagaimana kita merawat sebuah taman. Benih tanaman adalah pikiran kita, dan bagaimana tukang kebun bekerja diibaratkan sebagai tindakan kita.
Kita, sebagai tukang kebun, harus selalu merawat benih yang ditanam dengan baik. Kita harus membersihkan taman dari kotoran, dan menyingkirkan rerumputan liar yang tumbuh. Kasus ini sama seperti pikiran, yaitu kita harus menyingkirkan hal-hal negatif yang ada dalam kepala kita. Jika kita bisa terus menjaganya, maka suatu saat nanti kita pasti akan mendapat hasil yang kita inginkan, yaitu bunga atau buah yang manis hasil dari kerja keras kita.

Oleh karena itu, Anda tak boleh meremehkan pikiran yang ada dalam kepala Anda sejak Anda bangun tidur. Pikiran positif ketika Anda mengawali hari akan dapat mengubah rasa takut menjadi keberanian. Pikiran tersebut dapat menggerakkan Anda untuk berbuat hal-hal besar.

Berpikir positif sangatlah penting diterapkan dalam hidup, karena pikiran tersebut dapat mempengaruhi Anda untuk melakukan hal-hal yang tepat. Ada banyak orang yang salah mengambil profesi atau bisnis karena mereka tidak berpikir dengan matang dan positif. Mereka tidak bisa membuat pilihan yang tepat bagi hidup mereka.

Sidney Smith pernah berkata:
"Jika kita mengibaratkan profesi dalam hidup sebagai lubang di sebuah meja, ada yang bundar, kotak, dan bujur sangkar; dan manusia sebagai potongan kayu yang bentuknya sesuai lubang tersebut, maka pada umumnya kita menemukan bahwa orang-orang yang berbentuk segitiga masuk ke dalam lubang yang kotak, yang bujur sangkar masuk ke lubang segitiga, sementara yang kotak memaksa diri untuk masuk ke lubang yang bundar."

Kalimat Inspiratif
Untuk bisa terus berpikir positif, Anda bisa mencermati kutipan- kutipan atau kalimat-kalimat bijak dan inspiratif dari orang-orang ternama untuk menyegarkan pikiran Anda. Anda bisa melihatnya di situs-situs semacam WikiQuote.org.

Contohnya:
"Mereka bisa menaklukkan apapun yang mereka percaya bisa taklukkan." -John Dryden

"Pengetahuan menjadi pengetahuan sejati bila diperoleh dengan usaha pemikiran, bukan ingatan. " -- Leo Tolstoy

"Mereka yang tak tahu bagaimana melawan kekhawatiran akan mati muda. "- Alexis Carrel

" Jika Saya memberi Anda satu sen, maka Anda akan menjadi lebih kaya satu sen, dan saya akan lebih miskin satu sen. Tapi jika saya memberi Anda sebuah ide, Anda akan punya ide baru, tapi saya juga masih memilikinya. " - Albert Einstein

" Orang yang bijaksana berbicara karena ada sesuatu yang harus ia katakan, orang tolol berbicara karena ia harus mengatakan sesuatu. "" -- Plato

"Harapan melihat yang tak terlihat mata, merasakan yang tak bisa diraba, dan meraih hal yang tidak mungkin. " - Charles Caleb Colton

Kalimat-kalimat tersebut akan memberi Anda energi untuk melakukan hal-hal besar. Pikiran Anda yang telah terisi dengan hal-hal positif semacam itu juga akan bisa membangun karakter sekaligus mengubah nasib Anda. Mengetahui bahwa pikiran kita punya andil besar dalam hidup kita, maka sudah seharusnya kita tidak menyia-nyiakannya.

Fokus Pada Kelebihan
Orang yang berpikir positif akan mempunyai alasan untuk merasa bangga pada diri mereka sendiri, dan mereka akan bisa menjalani hidup dengan lebih bersemangat. Tak ada kekurangan, keterbatasan, kebimbangan, atau rasa takut; karena mereka menjadikannya sebagai kekuatan. Mereka telah terbiasa untuk bersikap selektif dalam berpikir, yaitu menerima pikiran positif dan membuang pikiran negatif.

Seperti yang telah saya utarakan tadi, pikiran positif juga dapat membangun karakter. Sebaliknya, pikiran yang negatif akan membawa kehancuran; yang tidak menghasilkan apapun kecuali rasa takut, keputusasaan, dan kegagalan yang sangat menyakitkan. Jika Anda berpikir positif, maka Anda adalah orang optimis yang tidak akan fokus pada keburukan diri sendiri atau pun orang lain.

Bagaimana seseorang bisa menghilangkan pikiran negatif dalam hidupnya? Melakukan afirmasi seperti "Saya tidak takut," "Saya bukan orang lemah," atau "Saya bukan orang gagal." saja tidak cukup. Mengapa? Karena fokus pada hal positif akan lebih konstruktif. Maka, Anda perlu menghindari penggunaan kata-kata negatif seperti "takut", "lemah", dan "gagal". Katakan saja "Saya percaya diri," "Saya kuat," "Saya sukses," dan seterusnya. Lakukan afirmasi seperti ini dengan penuh semangat dan keyakinan.

Namun Anda harus ingat, bahwa afirmasi harus diikuti dengan perbuatan nyata. Seseorang bisa saja terus duduk di belakang meja dan terus menekankan bahwa dia adalah orang sukses, tapi jika dia tak melakukan apa-apa, pada akhirnya sukses tak akan dapat diraih. Ketika Anda berkata "saya berani," maka Anda harus mendemonstrasikannya dalam kehidupan nyata.

Meyakini dan mempercayai apa yang Anda afirmasikan itu tidaklah cukup, melainkan Anda juga harus mempraktikkannya. Cara lain adalah dengan memfokuskan diri pada potensi Anda. Mulailah dengan membuat penilaian yang jujur tentang kemampuan diri Anda sendiri. Namun, Anda harus fokus pada hal-hal yang bisa Anda lakukan. Jangan fokus pada hal negatif, yaitu kelemahan Anda. Sekali lagi, fokuslah pada apa yang bisa Anda lakukan, fokuslah pada potensi Anda.

Saya tidak bermaksud agar Anda mengabaikan kelemahan Anda, lho.... Saya beri contoh; Misalnya saja Anda ingin sekali menjadi pemain basket, tapi Anda terlalu pendek. Jika Anda fokus pada kelemahan Anda, yaitu terlalu pendek, maka Anda tidak akan mencoba bermain basket. Tapi jika Anda fokus pada kemampuan Anda, maka Anda akan berusaha. Misalnya saja, Anda bisa fokus pada kemampuan Anda yang bisa berlari dengan cepat, atau stamina Anda bagus.

Jadi, bisakah Anda melihat perbedaannya? Jika Anda hanyamemikirkan kelemahan, berarti Anda membiarkan kelemahan tersebut menentukan hasil yang akan Anda dapatkan. Sebaliknya, jika Anda memikirkan kekuatan atau kelebihan, maka diri Anda sendiri lah yang menentukan hasil yang akan Anda dapatkan.

Akhir kata, teruslah berpikir positif, karena "keberanian sejati timbul dari kesabaran yang terus-menerus". Marilah kita mengarahkan pikiran kita pada hal-hal besar dan inspiratif. Mari kita mencari inspirasi, sehingga pikiran besar dari orang lain bisa menjadi milik kita, sehingga kita bisa hidup dengan potensi kita yang sebesar-besarnya.

UUbbaahh ppoollaa ppiikkiirr,, ttiinnggkkaattkkaann kkeeppeerrccaayyaaaann ddiirrii,, kkoonnddiissii UUbbaahh ppoollaa ppiikkiirr,, ttiinnggkkaattkkaann kkeeppeerrccaayyaaaann ddiirrii,, kkoonnddiissii ffiinnaannssiiaall,, ddaann kkuuaalliittaass hhiidduupp AAnnddaa sseekkaarraanngg jjuuggaa !!!! ffiinnaannssiiaall,, ddaann kkuuaalliittaass hhiidduupp AAnnddaa sseekkaarraanngg jjuuggaa


Dapatkan Akses Eksklusif untuk
eBook / / buku digital tentang motivasi dan pengembangan diri berkualitas dalam Paket Motivator
TargetPositif.com


Raih pula kesempatan untuk mendapat penghasilan tambahan dari program bagi
hasilnya. Anda berhak mendapat komisi 60%, langsung ke rekening Anda.


BBeerrttiinnddaakkllaahh SSeekkaarraanngg JJuuggaa!!
BBeerrttiinnddaakkllaahh SSeekkaarraanngg JJuuggaa!!
Read More
Budaya Konsumerisme

Budaya Konsumerisme

Dewasa ini masyarakat Indonesia sangat terlihat begitu kentalnya sebagai masyarakat konsumen yang sempurna. Bukan saja masyarakat menengah ke atas saja, akan tetapi telah sampai pada masyarakat yang paling bawah dalam tingkatan sosial dan ekonominya. Hal ini sangat kentara bisa kita lihat dari beberapa episod yang ditanyakan sebuah televisi swasta dengan tema acara “Uang Kaget” atau Mr.EM (Mr.Easy Money). Dalam acara itu seorang “Mr.EM” menemui seseorang yang dinyatakan sebagai orang yang kesulitan ekonomi-keuangan atau dengan kata lain orang yang tidak mampu secara ekonomi-keuangan. Setelah melakukan wawancara seperlunya lalu Mr EM memberikan uang yang bagi mereka (orang yang ditemui) merupakan jumlah uang yang “sangat banyak”. Jumlah uang diberikan kepada mereka memang jumlah besar yaitu Rp. 10.000.000,00.(sepuluh juta rupiah). Mr.EM memberikan tugas kepada mereka yang menerima uang tersebut untuk membelanjakan secara langsung dengan batas waktu untuk “menghabiskan” jumlah uang tersebut selama 30 menit.

Kemudian acara selanjutnya mereka yang menerima uang Rp. 10.000.000,00 “dadakan” tersebut lalu lari-lari ke toko atau super market atau ke mall dan sebagainya untuk membelanjakan dan menghabiskan jumlah uang tersebut. Bisa kita lihat yang mereka beli adalah barang-barang yang menurut pandangan mereka adalah barang-barang yang “mewah” misalnya kulkas, televisi, radio, tape-corder, kompor gas, bahan, alat-alat masak dan makanan-makanan (supermi dan sejenisnya, snack dan sebagainya). Pembelian–pembelian tersebut begitu meriahnya, tanpa disadari pentingnya setelah mereka membeli.
Saat melakukan pembelian barang-barang tersebut memang tidak akan menjadi beban yang bersangkutan manakala yang dibeli adalah bahan-bahan makanan/ minuman atau alat-alat masak yang tidak elektromik. Akan tetapi ternyata mereka sekarang membeli peralatan dan barang-barang yang tidak primer dan yang elektronik (Kulkas, TV misalnya), tidak terpikirkan bahwa setelah membeli dan memiliki akan mengandung biaya. Biaya yang ditanggung secara harian atau bulanan adalah biaya listrik, sementara barang-barang tersebut kurang produktif untuk bisa menghasilkan uang secara harian atau bulanan. Pembelian tersebut sekedar menghabiskan uang “dadakan” yang tidak diperhitungkan beban selanjutnya setelah memiliki barang-barang tersebut. Inilah yang dikatakan sebagai bukti bahwa masyarakat kita sangat konsumerisme. Tanpa disadari dengan mendapatkan hadiah mendadak mereka memiliki barang-barang yang kurang produktif dan justru akan menjadi beban harian atau bulanan, yang berarti tidak menolong kehidupan sehari-hari, akan tetapi kebalikannya yaitu memberi beban biaya harian atau bulanan mereka.
Kita harus sadar bagaimana kita harus memilih manakala kita memperoleh dana atau uang yang berlebih. Kepada kita semua hendaknya secara sadar harus melakukan perubahan paradigma. Bagaimana kita membiasakan diri untuk berpikir “berinvestasi”. Berinvestasi secara sederhana adalah dengan menabung, membeli barang-barang yang tahan lama yang dikemudian dapat dijual dengan harga yang stabil (misalnya emas), atau kita membeli surat-surat berharga (misal saham) dan sebagainya. Mengambil contoh sederhana, yaitu manakala mereka yang memperoleh “Uang Kaget” dari MR.EM tersebut memiliki kebiasaan berfikir “investasi” dan bukan pandangan konsumerisme akan sangat baik jika uang tersebut dibelikan barang berharga misalnya emas. Dengan memiliki emas, tidak mengandung beban biaya yang harus dikeluarkan setelah pembelian. Dengan memiliki emas, manakala suatu saat setelah pembelian diperlukan uang tunai maka dapat dijual kembali dengan perubahan harga yang relatif stabil. Coba kita bandingkan dengan jika mereka membeli TV, yang memunculkan biaya baru setelah pembelian dan manakala dijual harganya turun yang drastis.
Untuk pemerintah terutama instansi atau pejabat yang berkaitan dengan pemberdayaan rakyat hendaknya program “suka investasi” ini dapat dikembangkan. Minimal pembudayaan menabung, harus di”galak”kan kepada masyarakat sampai masyarakat tingkat yang paling bawah. Dengan menabung atau berinvestasi akan mampu “menggairahkan” dan meningkatkan ekonomi bangsa dan negara ini. Negara ini memerlukan kerja keras semua pihak, untuk menumbuhkan ekonomi. Untuk menumbuhkan ekonomi bangsa, diperlukan investasi-investasi, investasi diperlukan dana. Kebiasaan berinvestasi (minimal menabung di Bank) merupakan budaya yang perlu dikembangkan, disosialisasikan dan menjadi budaya masyakarat. Bukan lagi budaya konsumerisme. Para pendidik, tokoh masyarakat, para da’i, dan kita semua memiliki tugas dan tanggungjawab yang sama untuk pembudayaan berinvestasi dan menghindari budaya konsumerisme pada lingkungannya.
Read More
FILOSOFI DAN METODE PENELITIAN SOSIAL

FILOSOFI DAN METODE PENELITIAN SOSIAL

A. FILOSOFI PENELITIAN SOSIAL
Setiap kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan selalu berlandaskan filosofi Hakikat filosofi adalah kebenaran yang diperoleh melalui berpikir logis, sistematis, metodis. Kebenaran adalah kenyataan apa adanya yang sesuai dengan logika sehat. Kebenaran juga sekaligus menjadi tujuan pengembangan ilmu pengetahuan karena bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Berpikir logis adalah berpikir secara bernalar menurut logika yang diakui ilmu pengetahuan dengan bebas sedalam-dalamnya sampai ke dasar permasalahan guna meng- ungkapkan kebenaran. Sistematis adalah berpikir dan berbuat yang bersistem, yaitu runtun, berurutan, tidak tumpang tindih. Metodis adalah berpikir dan berbuat menurut metode tertentu yang kebenarannya diakui menurut penalaran.
Penelitian sosial merupakan proses kegiatan mengungkapkan secara logis, sistematis, dan metodis gejala sosial yang terjadi di sekitar kita untuk direkonstruksi guna mengungkapkan kebenaran bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dan ilmu pengetahuan. Kebenaran dimaksud adalah keteraturan yang menciptakan keamanan, ketertiban, keseimbangan, dan kesejahteraan masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan yang berman- faat memerlukan peningkatan kemampuan meneliti bagi dosen ilmu-ilmu sosial. Kemampuan meneliti tersebut terutama diarahkan kepada tiga manfaat, yaitu:
1. Pengembangan institusi, dilaksanakan melalui kegiatan penelitian sosial yang dilakukan oleh dosen yunior.
2. Inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan (dan teknologi), dilaksanakan melalui kegiatan penelitian sosial yang dilakukan oleh dosen senior.
3. Pemecahan masalah, dilaksanakan melalui kegiatan penelitian sosial yang dilakukan secara kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah, swasta dan industri.
Filosofi penelitian sosial mendasari kegiatan ilmiah yang berupaya mencari kebenaran hakiki dari setiap gejala sosial yang ada. Sebagaimana dikemukakan oleh Theo Huijbers, filosofi adalah kegiatan intelektual yang metodis dan sistematis, secara refleksi menangkap makna yang hakiki dari keseluruhan yang ada. Objek filosofi bersifat universal mencakup segala yang dialami manusia.
Berpikir filosofi adalah mencari arti yang sebenarnya dari segala hal yang ada melalui pandangan cakrawala paling luas. Metode pemikiran filosofi adalah refleksi atas pengalaman dan pengertian tentang suatu hal dalam cakrawala yang universal. Pengolahan pikirannya secara metodis dan sistematis.Tujuannya adalah kebenaran yang menyejahterakan masyarakat. 1
Berasarkan pandangan tersebut, maka dapat dirinci unsur-unsur penting filosofi yang mendasari penelitian sosial sebagai kegiatan ilmiah, yaitu:
1 Theo Huijbers. 1995. Filsafat Hukum. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hlm. 15
1. kegiatan intelektual (pemikiran);
2. mencari makna yang hakiki (interpretasi); 3. segala fakta dan gejala (objek);
4. dengan cara refleksi, metodis, sistematis (metode); 5. untuk kebahagiaan masyarakat (tujuan).
Sebagai kegiatan ilmiah, penelitian sosial juga memiliki ciri-ciri sebagai- mana dijelaskan oleh Soedjono Dirdjosisworo sebagai berikut:
1. Sistematis artinya bahasan tersusun secara teratur, berurutan menurut sistem.
2. Logis artinya sesuai dengan logika, masuk akal, benar menurut penanalaran
3. Empiris artinya diperoleh dari pengalaman, penemuan, pengamatan.
4. Metodis artinya berdasarkan metode yang kebenarannya diakui oleh penalaran.
5. Umum artinya menggeneralisasi, meliputi keseluruhan tidak menyangkut yang khusus saja.
6. Akumulatif artinya bertambah terus, makin berkembang, dinamis. 2
Penelitian sosial sebagai kegiatan ilmiah dilakukan terus-menerus guna mengungkapkan kebenaran sesungguhnya dari objek yang diteliti. Kebenaran yang sesungguhnya itu bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Kebenaran objek yang diteliti menjadi dasar keteraturan yang menciptakan keamanan, ketertiban, keselamatan, dan kesejahteraan masyarakat.
Harsja Bachtiar mengemukakan dua kategori keteraturan dari objek yang diteliti, yaitu:
1. Keteraturan alam semesta selalu berkualitas 100% benar karena keteraturan itu tetap, tidak berubah, sehingga metode penelitiannya pun tepat. Ini terdapat pada ilmu-ilmu eksakta, seperti astronomi, fisika, kimia, biologi, kedokteran.
2. Keteraturan hubungan antarmanusia dalam hidup bermasyarakat. Untuk mengungkapkan kebenaran keteraturan tersebut dipinjam metode penelitian ilmu eksakta, ternyata hasil penelitiannya tidak selalu 100% benar, melainkan hanya mendekati kebenaran karena keteraturan dalam hubungan hidup bermasyarakat itu dapat berubah dari saat ke saat sesuai dengan perkem- bangan kebutuhan masyarakat. Ini terdapat pada ilmu-ilmu sosial, seperti ekonomi, hukum, politik, sosiologi, demografi. 3
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa perkembangan ilmu sosial selalu dilandasi oleh kebenaran yang relatif, keteraturan yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu, ketidakpuasan terhadap keadaan yang ada, keingintahuan terus-menerus, yang ditelaah bukan kuantitas, melainkan kualitas dari gejala sosial yang ada (terjadi).
2 Soedjono Dirdjosisworo. 1998. Pengantar Ilmu Hukum. Penerbit Rajawali. Jakarta. Hlm. 5 3 Harsja Bachtiar. 1981. Penggolongan Ilmu Pengetahuan. Depdikbud. Jakarta.
2
B. DASAR PENELITIAN SOSIAL
1. Keingintahuan
Karena masyarakat itu berkembang, maka ilmu sosial juga berkembang, namun perkembangan tersebut tidak dapat diketahui secara pasti sebagai hal yang baru. Oleh sebab itu, lalu dilakukan upaya tertentu untuk memperoleh pengetahuan baru. Apa yang mendorong orang sehingga berkehendak memper- oleh pengetahuan baru tentang gejala sosial? Faktor pendorong tersebut adalah keingintahuan (curiousity). Keingintahuan itu muncul karena ketidakpuasan terhadap gejala sosial yang ada. Untuk memperoleh jawaban dari keingintahuan tersebut, orang perlu melakukan kegiatan yang menggunakan metode yang diakui secara keilmuan. Kegiatan yang dimaksud disebut penelitian sosial.
Penelitian adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris research yang terdiri dari re artinya ulang dan search artinya mencari. Jadi, research atau penelitian itu adalah kegiatan mencari ulang, mengungkapkan kembali gejala, kenyataan yang sudah ada untuk direkonstruksi dan diberi arti guna memperoleh kebenaran yang dimasalahkan. Ungkapan kembali itu didasari oleh keingin- tahuan tentang keadaan gejala sosial yang dijadikan masalah, misalnya: a. Maraknya prostitusi dalam masyarakat perkotaan di Indonesia kini akibat pengaruh kesulitan ekonomi. Informasi gejala sosial: Indonesia menduduki urutan kedua bisnis prostitusi dengan omzet penghasilan rata-rata per tahun
Rp11 triliun. Gejala pendukung: di tempat hiburan malam, di hotel-hotel, di panti pijat, ada PSK walaupun tersembunyi. b. Maraknya perjudian dalam masyarakat kini akibat lemahnya pengawasan dan penegakan hukum oleh pemerintah. Informasi gejala social: Jakarta adalah salah satu kota besar bisnis perjudian dengan omzet penghasilan rata-rata per tahun Rp40 triliun. Gejala pendukung: di pusat-pusat hiburan, di media elektronik, di hotel-hotel, ada pertaruhan dengan menggunakan uang, menonton sepaka bola menggunakan taruhan uang dari jumlah kecil hingga jumlah besar. c. Semrawutnya lalu lintas di kota Bandar Lampung akibat rendahnya kesadar- an hukum pengemudi angkot. Informasi gejala sosial: jalan raya dijadikan tempat parkir kendaraan bermotor, tempat dagang kaki lima, tempat dagang asongan, jumlah angkot makin bertambah setiap tahun. d. Makin tinggi tingkat kesejahteraan keluarga, makin rendah tingkat perilaku menyimpang oleh anggota keluarga yang bersangkutan. Informasi gejala social: Di kalangan masyarakat kaya (the haves) justru banyak terjadi mabuk-mabukan, prostitusi, narkoba. Di kalangan selebritis justru banyak terjadi kehancuran rumah tangga perceraian suami isteri (broken home). e. Merajalelanya korupsi di kalangan pejabat negara akibat lemahnya sistem pengawasan dan penegakan hukum. Informasi gejala sosial: pejabat korup cenderung bebas dari tuntutan hukum atau memperoleh hukuman lebih ringan. Pejabat korup sulit diberhentikan dari pegawai negeri sipil (PNS).
Karena penelitian itu menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakat, maka disebut penelitian sosial.
3
Penelitian sosial menggunakan metode ilmiah yang sesuai dengan bidang ilmu sosial yang diteliti. Untuk itu mutlak diperlukan penguasaan ilmu sosial yang bersangkutan dengan baik. Misalnya, penelitian bidang hukum, ekonomi, sosiologi, psikologi, antropoligi sosial harus didukung oleh penguasaan dengan baik bidang ilmu yang bersangkutan. Ilmu adalah produk dari proses berpikir logis yang didukung oleh fakta empiris. Penguasaan ilmu sosial dengan baik merupakan modal dasar melakukan penelitian sosial guna memperoleh penge- tahuan atau temuan baru di bidang ilmu sosial.
2. Proses Berpikir Logis
Dalam kegiatan penelitian sosial dikenal dua proses berpikir, yaitu proses berpikir logis dan proses berpikir kausalitas. Proses berpikir logis dibedakan lagi menjadi proses berpikir induktif dan proses berpikir deduktif. Kedua proses berpikir tersebut dijelaskan dengan contoh-contoh dalam uraian berikut.
a. Proses berpikir induktif
Proses berpikir Induktif adalah suatu proses berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari kasus yang bersifat khusus (individual).
Proses berpikir induktif dimulai dari pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas, yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Pengetahuan yang dihasilkan dari proses berpikir induktif merupakan esensi dari fakta-fakta yang dikumpulkan.
Contoh:
Berdasarkan statistik tahun 2001 di Kabupaten Lampung Selatan tingkat pendapatan penduduk umumnya rendah, sehingga sedikit jumlah penduduk yang mampu membayar premi asuransi jiwa. Demikian juga di Kabupaten
Lampung Timur dan Kabupaten Way Kanan terdapat kondisi yang sama dengan
Kabupaten Lampung Selatan. Tetapi di Kota Bandar Lampung yang pendapatan per kapita cukup tinggi, sebagian besar penduduk mengadakan asuransi jiwa. Oleh karena itu, di setiap kabupaten yang tingkat pendapatan penduduknya rendah, asuransi jiwa sulit berkembang.
Proses berpikir induktif memungkinkan penyusunan pengetahuan secara sistematis, yang mengarah kepada beberapa pernyataan yang bersifat fundamental. Suatu pengetahuan harus diyakini kebenarannya melalui dua tahap keyakinan, yaitu keyakinan karena tahu (know) dan keyakinan karena pengalaman (empirical). Keyakinan karena tahu merupakan dasar merumuskan masalah yang diteliti seperti dalam contoh tadi: “Faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab sulitnya asuransi jiwa berkembang di beberapa kabupaten dalam Provinsi Lampung”. Untuk mengetahui hal tersebut kemudian dilakukan penelitian.
Keyakinan karena pengalaman merupakan hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan data empiris yang dikumpulkan dari beberapa lokasi kabupaten di daerah Lampung seperti contoh tadi. Pernyataan secara sistematis yang bersifat
4
fundamental hasil proses berpikir induktif tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Apabila pertumbuhan ekonomi rendah, tingkat pendapatan penduduk juga rendah.
(2) Makin rendah tingkat pendapatan, makin rendah minat penduduk membayar premi asuransi jiwa.
(3) Di daerah kabupaten yang tingkat pendapatan penduduknya rendah, asuransi jiwa sulit berkembang.
b. Proses berpikir deduktif
Proses berpikir deduktif adalah suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum. Proses berpikir deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang disusun dari dua buah pernyataan serta sebuah kesimpulan (silogismus). Pernyataan yang mendukung silogismus disebut premis yang dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Berdasarkan kedua premis tersebut ditarik kesimpulan.
Contoh:
Di setiap kabupaten dalam Provinsi Lampung didirikan Pengadilan Agama
(premis mayor). Way Kanan adalah kabupaten yang baru dibentuk (premis minor). Jadi, di Kabupaten Way Kanan perlu juga didirikan Pengadilan Agama (kesimpulan). Ketepatan menarik kesimpulan dalam proses berpikir deduktif ter-gantung dari tiga hal, yaitu: (1) kebenaran premis mayor;
(2) kebenaran premis minor;
(3) kebenaran penarikan kesimpulan.
Kesimpulan yang berupa pengetahuan baru seperti pada contoh tadi: Di Kabupaten Way Kanan perlu juga didirikan Pengadilan Agama, pada hakikatnya bukan pengetahuan baru dalam arti sebenarnya, melainkan hanya konsekuensi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan demikian, semua pengetahuan yang telah dibuktikan kebenarannya secara deduktif tetap benar apabila postulat dan kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya dianggap berlaku.
Tetapi mungkin juga pengambilan kesimpulan itu salah. Contoh peng- ambilan kesimpulan yang salah adalah sebagai berikuit: Di setiap kabupaten dalam Provinsi Lampung perlu didirikan Pengadilan Agama
(premis mayor). Di Kabupaten Way Kanan tidak pernah ada perceraian atau sengketa waris Islam (premis minor). Walaupun demikian, di Kabupaten Way
Kanan perlu juga didirikan Pengadilan Agama (kesimpulan). Di mana letak kesalahan kesimpulan tersebut? Kedua premis berlainan sifat, premis mayor belum teruji kebenarannya, premis minor adalah fakta yang sudah teruji (tidak ada perceraian atau sengketa waris Islam). Kesimpulan yang diambil bisa benar dan bisa salah. Dikatakan benar apabila sesuai dengan dan diterima oleh logika. Sebaliknya, dikatakan salah apabila tidak sesuai dengan dan tidak diterima oleh logika. Sudah jelas tidak ada perceraian atau sengketa waris Islam, mengapa perlu didirikan Pengadilan Agama? Seharusnya kesimpulan yang diambil: Di Kabupaten Way Kanan, pendirian Pengadilan Agama perlu ditunda karena masih
5
mubazir, atau: Di Kabupaten Way Kanan belum perlu didirikan Pengadilan
Agama.
c. Proses Berpikir Kausalitas
Pada dasarnya setiap proses berpikir selalu menghasilkan pernyataan atau pengetahuan yang terdiri dari unsur sebab dan unsur akibat. Unsur sebab adalah peristiwa atau keadaan yang menyatakan mengapa sesuatu itu terjadi atau timbul. Misalnya, mengapa lalu lintas di Bandar Lampung tidak teratur? Jawabannya adalah: “sebab kesadaran hukum pengemudi rendah”, yang menjadi sebab adalah kesadaran hukum pengemudi rendah. Jadi, yang diungkapkan peneliti bukan tidak teraturnya lalu lintas, melainkan alasan (sebab) tidak teraturnya lalu lintas itulah yang perlu diteliti. Dalam contoh ini, yang perlu diteliti untuk dibenahi adalah rendahnya kesadaran hukum pengemudi, bagai- mana cara meningkatkan kesadaran hukum mereka. Dalam metode penelitian sosial, unsur sebab ini disebut variabel bebas (independent variable).
Unsur akibat adalah peristiwa atau keadaan baru yang terjadi atau timbul dari peristiwa atau keadaan yang sudah ada lebih dahulu. Akibat selalu terjadi lebih kemudian dari sebab. Dengan kata lain, jika peristiwa atau keadaan itu tidak ada, maka tidak terjadi atau tidak timbul peristiwa atau keadaan baru.
Akibat adalah hasil dari sebab. Sebagai contoh, “Presiden Soeharto turun dari kekuasaannya akibat korupsi yang tak terkendali”. Dalam contoh ini, korupsi yang tak terkendali adalah sebab, sedangkan Presiden Soeharto turun dari kekuasaannya adalah akibat. Apabila kalimat pernyataan tersebut dibuat dalam bentuk aktif, maka pernyataannya lebih jelas: “Korupsi yang tak terkendali mengakibatkan Presiden Soeharto turun dari kekuasaannya”. Dalam metode penelitian sosial, unsur akibat ini disebut variable terikat (dependent variable).
Dalam penelitian sosial kedua jenis variable sebab akibat ini selalu ada dan merupakan fakta atau gejala yang menjadi objek penelitian untuk diungkap- kan. Mungkin unsur sebab yang sudah diketahui lebih dahulu, kemudian baru diteliti unsur akibat yang akan terjadi. Mungkin juga sudah diketahui akibat yang terjadi, kemudian baru diteliti dan diungkapkan sebabnya. Dalam filsafat ilmu, hubungan sebab-akibat (causality) merupakan esensi kegiatan berpikir yang menjadi dasar berkembangnya ilmu pengetahuan, termasuk juga imu sosial.
Pada contoh yang telah dikemukakan di atas: “Lalu lintas di Bandar
Lampung tidak teratur sebab kesadaran hukum pengemudi rendah”. Hal yang akan diungkapkan adalah unsur sebab, yaitu “kesadaran hukum pengemudi rendah”. Untuk itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang termasuk dalam unsur sebab (kesadaran hukum pengemudi rendah). Artinya tinggi rendah tingkat kesadaran hukum pengemudi ditentukan oleh beberapa faktor yang terdapat dalam diri pengemudi, antara lain: (1) tingkat pendidikannya; (2) pengetahuan tentang peraturan lalu lintas;
(3) pengetahuan teknis kendaraan bermotor;
(4) memiliki/tidak memiliki SIM;
(5) mobil milik sendiri atau milik pengusaha;
6
(6) lama pengalaman menjadi sopir, dst.
Faktor-faktor ini disebut variable bebas (independent variables) yang menentukan tinggi rendahnya tingkat kesadaran hukum pengemudi. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar penyusunan kuesioner atau pedoman wawancara untuk mengumpulkan data yang menjadi bahan dasar analisis.
3. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif seringkali digunakan dalam penelitian sosial. Hal ini disebabkan gejala sosial seringkali tidak dapat ditunjukkan secara kuantitatif, tidak dapat diukur. Metodologi penelitian kualitatif adalah suatu upaya yang sistematis dalam penelitian sosial. Termasuk di dalamnya adalah kaidah dan teknik untuk memuaskan keingintahuan peneliti pada suatu gejala sosial, atau cara untuk menemukan kebenaran dalam memperoleh pengetahuan baru.
Penelitian kualitatif biasanya dimulai dengan suatu pertanyaan penilaian mengenai suatu hal, misalnya: a. Mengapa sering terjadi kemacetan lalu lintas di kota Jakarta? b. Mengapa perusahaan asuransi jiwa sulit berkembang di Kabupaten Lamsel? c. Mengapa pejabat cenderung ingin melakukan korupsi padahal itu melanggar hukum? d. Mengapa orang ingin mengonsumsi narkoba padahal dia tahu barang itu sangat berbahaya bagi kesehatan dirinya? e. Mengapa interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat cenderung berubah menjadi anarkhis?
Penelitian kualitatif merupakan alat untuk melihat sejauh mana suatu proses terjadi pada gejala sosial. Penelitian kualitatif pada umumnya menilai fakta atau gejala sosial yang diteliti tidak menggunakan angka, melainkan cukup menggunakan standar mutu atau kualitas yang dinyatakan dengan kata kata, misalnya: a. rendah, sedang, tinggi; b. kurang, cukup, banyak; c. jelek, bagus, bagus sekali; d. sebagian kecil, sebagian besar, pada umumnya.
Karena menggunakan penilaian relatif atau tidak pasti, maka ada yang mengata- kan hasil penelitian kualitatif itu tidak objektif. Untuk menghindari hal itu, maka diupayakan tidak hanya menggunakan analisis kualitatif, tetapi juga analisis kuantitatif.
Penelitian kualitatif pada umumnya mempunyai ciri-ciri berikut ini: a. Penyusunan proposal lebih mudah dengan variabel sederhana. b. Alat pengumpul data sudah disusun lebih dahulu. c. Bila menggunakan sampel dapat secara purposive. d. Fakta (data) diperoleh langsung dari sumber pertama. e. Analisis data dilakukan secara kualitatif. 4
4 Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Penerbit Citra Aditya Bakti. Bandung. Hlm. 6-14
7
C. PENELITIAN SOSIAL
1. Penelitian Sosial Sebagai Kegiatan Ilmiah
Penelitian sosial merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala sosial tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta sosial tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.5 Berdasarkan pengertian ini, dapat dinyatakan bahwa penelitian sosial dianggap sebagai penelitian ilmiah apabila memenuhi kriteria berikut: a. didasarkan pada metode, sistematika, dan logika berpikir tertentu; b. bertujuan untuk mempelajari gejala sosial tertentu (data primer); c. guna mencari solusi atas permasalahan yang timbul dari gejala yang diteliti tersebut.
Penelitian sosial didasarkan pada metode, artinya semua kegiatan yang meliputi persiapan penelitian, proses penelitian, dan hasil penelitian mengguna- kan cara-cara yang secara umum diakui dan berlaku pada ilmu pengetahuan.
Kegiatan persiapan penelitian umumnya didahului dengan studi pustaka untuk menemukan konsep-konsep, teori-teori diteruskan observasi di lapangan untuk menjajagi gejala-gejala sosial yang akan dijadikan dasar perumusan masalah dan tujuan serta strategi penelitian. Semuanya ini kemudian dituangkan dalam bentuk proposal penelitian.
Proses penelitian merupakan kegiatan pelaksanaan penelitian berdasar- kan jadwal yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu, meliputi peng- umpulan data sekunder dari perpustakaan (buku-buku literatur), dari perkantoran (arsip, dokumen) dan pengumpulan data primer dari lapangan (lokasi penelitian). Setelah data terkumpul, diteruskan dengan kegiatan pengolahan data dan analisis data. Hasil penelitian tersebut kemudian ditulis dalam bentuk laporan penelitian sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah yang siap untuk dipublikasikan. Laporan penelitian berupa karya ilmiah tersebut dapat berbentuk laporan jurnal penelitian, skripsi, tesis, atau disertasi.
Penelitian sosial selalu didasarkan pada sistem, yang memiliki unsur-unsur sistem, yaitu subjek penelitian, objek penelitian, perilaku (kegiatan) penelitian, hasil penelitian, dan publikasi hasil penelitian. Setiap unsur sistem tersebut dikerjakan berdasarkan sistematika tertentu, baik format maupun substansi, seperti klasifikasi, penggolongan, penandaan, urutan penyajian, analisis, dan interpretasi. Penelitian didasarkan pada logika berpikir tertentu, yaitu logika berpikir kausalitas (sebab-akibat) dalam melakukan analisis data, logika berpikir deduktif atau induktif dalam pengambilan kesimpulan.
Penelitian sosial selalu mempunyai tujuan tertentu, baik tujuan proses maupun tujuan akhir. Tujuan proses misalnya “menganalisis data yang diperoleh guna membuktikan suatu peristiwa sosial sudah dilakukan atau tidak dilakukan”, sedangkan tujuan akhir adalah hasil yang diperoleh berdasarkan tujuan proses.
5 Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta. Hlm. 43
8
Tujuan akhir misalnya “memperoleh gambaran lengkap tentang norma sosial yang berlaku pada komunitas tertentu di suatu wilayah tertentu”, atau “pembeli memiliki barang yang dibelinya dan penjual memperoleh pembayaran harga barang yang dijualnya sesuai dengan perjanjian”, atau “memperoleh data lengkap mengenai tindak kekerasan suami terhadap istri dalam kehidupan keluarga di kota besar selama tahun 2005”. Tujuan yang dicapai dalam penelitian sosial merupakan solusi atas masalah yang diteliti.
2. Strategi (Pendekatan) Penelitian Sosial
Walaupun bidang ilmu sosial terdiri dari beberapa subbidang ilmu, tidak berarti strategi penelitiannya akan berbeda sama sekali antara satu sama lain. Strategi penelitian sosial yang digunakan pada subbidang ilmu sosial selalu ada kesamaan dengan strategi penelitian subbidang ilmu sosial yang lain. Strategi penelitian merupakan cara pendekatan untuk menyelesaikan atau memecahkan atau mencari solusi yang efektif dan efisien terhadap masalah penelitian yang telah dirumuskan, sehingga mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Robert K. Yin, dalam penelitian sosial ada beberapa strategi yang dapat digunakan, yaitu survei, studi kasus, eksperimen, sejarah, analisis arsip. 6
Pada penelitian sosial, strategi penelitian (pendekatan masalah) yang umum digunakan adalah pendekatan studi kasus dan survei. Dalam uraian berikutnya, strategi penelitian sosial yang diutamakan untuk dibahas dibatasi hanya pada pendekatan studi kasus dan pendekatan survei, dengan alasan studi kasus menggunakan logika berpikir induktif, sedangkan survei menggunakan logika berpikir deduktif.
2.1 Pendekatan Studi Kasus
Pada penelitian sosial, strategi (pendekatan masalah) yang sangat penting dan dominan adalah studi kasus (case study). Dalam hal ini, kasus dikonsepkan sebagai peristiwa yang berupa rangkaian perilaku nyata, misalnya perjanjian jual beli, pembunuhan seseorang, upacara pernikahan, kecelakaan lalu lintas, kinerja DPRD Kabupaten/Kota, sewa guna usaha (leasing), tindak kekerasan suami terhadap istri dalam kehidupan keluarga, pembagian harta warisan pada masyarakat patrilineal, dll.
Dalam konteks studi kasus, ada tiga tipe studi kasus, yaitu studi kasus non-yudisial, studi kasus yudisial, studi kasus langsung (live case study): a. Studi kasus non-yudisial (non-judicial case study), yaitu studi kasus tanpa konflik yang tidak melibatkan pengadilan. Kalaupun ada konflik, diselesaikan oleh pihak-pihak sendiri secara damai. b. Studi kasus yudisial (judicial case study), yaitu studi kasus karena konflik yang kemudian diselesaikan melalui putusan pengadilan. c. Studi kasus langsung (live case study), yaitu studi kasus yang masih berlangsung dari awal kegiatan hingga berakhir, misalnya pengangkutan
6 Robert K. Yin. 1989. Case Study Research: Design and Methods. SAGE Publications.Ins. California, London. Hlm. 17.
9
niaga yang sedang berlangsung diteliti proses berlakunya sejak pemberang- katan hingga berakhir di tempat tujuan.
Dipandang dari segi karakteristik kasus yang menjadi objek penelitian, studi kasus dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: a. Studi kasus tunggal(single-case study)
Tipe studi kasus tunggal digunakan apabila kasus yang banyak itu mem- punyai kriteria atau karakteristik yang sama, sehingga cukup diambil satu kasus saja. Dengan mengkaji satu kasus, maka semua kasus yang mempunyai kriteria atau karakteristik yang sama itu sudah terwakili. Studi kasus tunggal dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Contoh studi kasus tunggal antara lain adalah studi kasus perjanjian kredit mikro antara usaha kecil dengan bank karena karakteristiknya sama. b. Studi kasus ganda (multi-case study)
Tipe studi kasus ganda digunakan apabila ada beberapa kasus yang mem punyai kriteria berbeda, sehingga perlu diambil semua kasus atau beberapa kasus yang mewakili semua kasus yang sejenis, secara purposive. Studi kasus ganda lebih rumit dan makan biaya, waktu, dan tenaga lebih banyak. Contoh: Studi kasus pembiayaan melalui kredit yang disalurkan oleh bank kepada pengusaha dan studi kasus pembiayaan melalui modal ventura yang disalurkan oleh perusahaan modal ventura kepada pengusaha. Mana yang lebih meng- untungkan? Contoh lagi: jika ada 100 kasus penyaluran kredit bank berdasarkan perjanjian kredit biasa dan kredit mikro, maka secara purposive dapat diambil satu perjanjian kredit biasa dan satu perjanjian kredit mikro yang mewakili masing-masing jenis kredit yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian.
Dalam konteks studi kasus, metode analisis yang banyak digunakan adalah content analysis, yaitu menguraikan materi peristiwa sosial secara rinci guna memudahkan interpretasi dalam pembahasan. Ada dua tipe content analysis, yaitu tinjauan kritis (critical review) dan analisis kritis (critical analysis).
2.1.1 Tinjauan kritis (critical review)
Pada tipe ini, peneliti bertujuan untuk memperoleh gambaran lengkap, rinci, jelas, dan sistematis tentang beberapa aspek normatif yang diteliti guna mencari dan menemukan alasan pembenaran atau penolakan suatu produk perilaku. Pada tipe ini, peneliti melakukan analisis dari berbagai aspek dan mengungkapkan segi negatif dan segi positif suatu produk perilaku. Contoh produk perilaku, yaitu: a. Tindak kekerasan terhadap anggota masyarakat dari kelompok tertentu, akibatnya terjadi tawuran antar kelompok. b. Ambisi politik segelintir orang lalu membentuk provinsi baru di Papua sehingga menimbulkan reaksi keras penolakan dari masyarakat yang tidak setuju. c. Kenaikan harga BBM yang dianggap menyengsarakan masyarakat, akibat- nya timbul reaksi demonstrasi massa di mana-mana.
Hasil tinjauan kritis itu dapat mengakibatkan pembenaran produk perilaku sehingga dapat menenteramkan masyarakat. Atau sebaliknya mengakibatkan
10
penolakan produk perilaku karena meresahkan masyarakat. Pembenaran yang dapat menenteramkan masyarakat merupakan segi positif produk perilaku. Sedangkan penolakan karena meresahkan masyarakat merupakan segi negatif produk perilaku, yaitu menunjukkan perilaku cacat moral, mudharat, yaitu dianggap tidak manusiawi, merugikan masyarakat lapisan bawah, merendahkan martabat kelompok masyarakat marginal. Keadaan cacat moral itu akan mengakibatkan ketidakstabilan, ketidaktertiban, ketidakpastian yang merugikan masyarakat, pihak-pihak, bahkan negara sendiri. Hasil tinjauan kritis akan menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan (decision maker), perancang undang-undang (legal drafter), serta menjadi acuan kajian bagi pendidikan ilmu-ilmu sosial,penelitian sosial, dan penyuluhan kepada masyarakat
2.1.2 Analisis kritis (critical analysis)
Tipe analisis kritis menduduki gradasi yang lebih tinggi daripada tinjauan kritis. Apabila tinjauan kritis lebih menitikberatkan pada produk perilaku, maka analisis kritis tidak hanya produk perilaku melainkan juga sumber produk perilaku dengan segala motivasinya dari lapisan masyarakat bawah (grassroots) sampai pada lapisan atas atau penguasa lokal dan nasional. Pada tipe ini, peneliti sosial bertujuan untuk mengungkapkan lebih komprehensif tentang segi negatif (cacat perilaku) dan juga segi positif (keunggulan) suatu produk perilaku untuk dijadikan bahan menyusunan undang-undang, dasar pengambilan keputusan, sehingga diperoleh gambaran komprehensif (comprehensive analysis), tidak hanya dari belakang meja kerja, tetapi juga dari lapangan, yaitu lapisan masyarakat secara keseluruhan. Contoh: Analisis kritis pemanfaatan tenaga kerja, analisis kritis pengolahan sampah perkotaan, analisis kritis cara mengatasi masalah penyakit masyarakat (PSK, gepeng, perjudian, miras, dll).
Tipe analisis kritis mengkaji dengan cermat apakah suatu peristiwa sosial, atau produk perilaku berakar pada masyarakat, sehingga didukung dan diterima oleh masyarakat karena dirasakan benar dan adil, atau sebaliknya ditolak masyarakat karena tidak benar, tidak adil, merugikan masyarakat. Pada tipe ini, peneliti mengungkapkan tidak hanya segi negatif, tetapi juga segi positif berupa keunggulan dan kelebihan (secara filosofis, yuridis, sosiolgis) dan sekaligus menunjukkan solusi terbaik dan tepat yang perlu dilakukan oleh pengambil keputusan, pembuat undang-undang, tokoh masyarakat. Contoh kasus mencolok dalam masyarakat dewasa ini adalah kasus sengketa tanah di kota dan di desa, kasus pemekaran daerah otonom di Irian Jaya yang mengakibatkan perang suku antara yang pro dan kontra.
Tipe analisis kritis adalah tipe kajian yang paling berbobot dari segi akademik dan segi praktis, teknik perundang-undangan karena kondisi objektif dan nyata di lapangan dijadikan bahan kajian dan analisis. Tipe ini bermanfaat bagi pengambil keputusan, perancang undang-undang, pendidikan dan praktisi sosial, dan penyuluh masyarakat di lapangan.
Karakteristik dari studi kasus adalah data yang dianalisis hanya data yang bersumber dari kasus yang dijadikan objek penelitian, peneliti tidak boleh menggunakan data di luar kasus yang bersangkutan. Dalam studi kasus,
11
pengambilan kesimpulan dilakukan secara induktif, artinya dari fakta kongkrit digeneralisasikan secara abstrak kepada kasus yang sejenis. Hasil penelitian studi kasus lebih akurat dan realistik daripada hasil penelitian survei, dapat dijadikan acuan pengambilan keputusan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Dalam konteks penelitian sosial, ada dua tipe perilaku yang menjadi objek penelitian, yaitu: a. Perilaku berpola (patterned behaviour)
Perilaku berpola biasanya terdapat dalam kelompok masyarakat, sifatnya seremonial seperti upacara kelahiran, perkawinan, kematian, keagamaan, pertanian. b. Perilaku tidak berpola (unpatterned behaviour)
Perilaku tidak berpola biasanya terdapat dalam hubungan antara pribadi atau individu dalam masyarakat, misalnya jual beli kredit kebutuhan sehari-hari, keagenan dalam kegiatan bisnis, tolong-menolong membuat rumah, panenan, mengatasi masalah korban bencana alam. Juga dalam hubungan rakyat dengan penguasa, misalnya penggusuran PKL, PSK, perjudian, miras, dll.
2.2 Pendekatan Survei
Istilah survei adalah serapan dari kata bahasa Inggris survey, artinya pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang jelas dan baik terhadap suatu masalah tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu. Tujuan survei adalah mendapatkan gambaran yang benar tentang suatu gejala sosial atau peristiwa tertentu yang ada atau terjadi di suatu lokasi dalam suatu daerah. Pelaksanaan suatu survei tidaklah semua individu dari populasi itu diteliti, namun hasil yang diharapkan harus menggambarkan sifat populasi ybs. Oleh karena itu, metode pengambilan sampel (sampling method) dalam suatu survei memegang peranan sangat penting. Metode pengambilan sampel yang tidak benar akan merusak hasil survei itu. 7
Pada penelitian sosial, pendekatan survei juga banyak digunakan. Contohnya peneliti waris ingin memperoleh gambaran tentang sikap masyarakat patrilineal di Kota Bandar Lampung mengenai porsi pembagian waris antara ahli waris pria dan ahli waris wanita. Apakah masyarakat cenderung mengikuti sistem pembagian waris yang sama porsinya atau tetap berpegang pada sistem pembagian waris antara ahli waris pria dan ahli waris wanita 2 porsi berbanding 1 porsi.
Survei dapat dilakukan secara individual atau secara kelompok. Menurut van Dalen, dilihat dari wilayah geografis maupun variabelnya, survei dapat luas bahkan sangat luas maupun sempit. Winarno Surakhmad juga mengatakan bahwa pada umumnya survei merupakan cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (jangka waktu) yang bersamaan, biasanya jumlahnya cukup besar. 8 Pada pendekatan survei, jumlah populasi yang begitu
7 Musa dan Nurfitri. 1988. Metodologi Penelitian. Penerbit Fajar Agung. Jakarta. Hlm. 66 8 Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta. Hlm.84.
12
besar tidak mungkin diteliti semuanya secara sensus. Oleh karena itu, pemecahan masalah perlu dilakukan melalui beberapa sampel saja yang mewakili seluruh populasi.
Pemilihan sampel perlu dilakukan karena dalam benak peneliti timbul pertanyaan, mungkinkah suatu penelitian dilakukan terhadap seluruh populasi objek penelitian? Jika mungkin, berapa besar biaya, berapa lama waktu, berapa banyak pula tenaga yang dibutuhkan? Efisien dan efektifkah penelitian yang demikian? Akhirnya dicari solusi untuk menghindari besarnya biaya, lamanya waktu, dan banyaknya tenaga dengan jalan melakukan penelitian hanya terhadap sebagian kecil populasi saja. Meskipun demikian, sebagian kecil populasi yang dijadikan sampel itu menjadi tolok ukur yang mewakili seluruh populasi. Sampel yang menjadi tolok ukur penelitian memang dapat diandalkan, asalkan pengambilan sampel dilakukan dengan benar dan tepat. Cara mengambil sebagian kecil dari populasi objek penelitian ini disebut teknik sampling. 9
Berapa besar sampel yang seharusnya digunakan, sampai saat sekarang kiranya belum ada kesepakatan di antara para peneliti. Namun, dari sifat populasinya dapat ditentukan langkah-langkah penentuan besarnya sampel, yaitu: a. Apabila populasi heterogen, sebaiknya diambil sampel yang besar jumlahnya.
Makin besar sampel yang diambil, makin mendekati cerminan populasi. b. Apabila populasi homogen, sampel tidak harus banyak. Namun peneliti tidak begitu saja mengambil sampel terlalu sedikit. 10
2.2.1 Probability random sampling
Penentuan sampel dapat dilakukan secara probability random sampling. Penentuan sampel secara probability random sampling didasarkan pada seluruh populasi yang mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.
Penerapan probability randon sampling biasanya dilandasi pertimbangan bahwa jumlah keseluruhan populasi sudah diketahui dan hasil penelitian dipakai sebagai generalisasi terhadap keseluruhan populasi. Agar generalisasi terhadap keselu- ruhan populasi dapat mencapai hasil optimal, sebaiknya ditentukan lebih dahulu jumlah sampel yang diperlukan. 11
Sebagai contoh, populasi keseluruhan pasangan suami istri (pasutri) sudah diketahui jumlahnya 500 pasutri. Jumlah sampel yang dibutuhkan ditentukan 10%, yaitu 10% x 500 pasutri = 50 pasutri, masing-masing populasi memperoleh kemungkinan menjadi sampel adalah 500 : 50 = 10 : 1 artinya setiap 10 pasutri hanya mungkin menjadi sampel 1 pasutri. Jadi, apabila diambil sampel secara acak (random), maka setiap 10 pasutri diambil 1 pasutri saja. Sampel 50 pasutri inilah yang akan diinterview sikapnya tentang sistem pembagian warisan dalam masyarakat patrilineal, apakah terjadi kecenderungan
9 Bambang Waluyo, 1991. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Penerbit Sinar Grafika. Jakarta. Hlm. 43
10 Ibid. hlm. 45
11 Ibid, hlm. 46
13
anak pria dan anak wanita memperoleh hak waris yang sama bagiannya atau tetap seperti yang sudah berlaku hingga kini, anak pria mendapat 2/3 bagian warisan dan anak wanita mendapat 1/3 bagian warisan, atau boleh pilih satu antara dua porsi tsb.
Penentuan sampel secara probability random sampling dapat dilakukan secara langsung terhadap populasi individu apabila lokasi penelitian tidak begitu luas, misalnya terhadap sejumlah sampel kepala keluarga di lingkungan RT tertentu. Atau dapat juga secara bertingkat menurut wilayahnya apabila lokasi penelitian cukup luas. Tahap pertama penentuan sampel wilayahnya, kemudian baru penentuan sampel penduduk wilayah itu, baik menurut kelompok masyarakat ataupun individu. Misalnya dalam suatu kabupaten yang terdiri dari beberapa kecamatan diambil satu kecamatan, dalam satu kecamatan yang terdiri dari beberapa desa itu diambil tiga desa tertentu, dari tiga desa tertentu itu diambil beberapa sampel penduduk secara berimbang (proportional). 12
2.2.2 Purposive sampling
Pengambilan sampel secara purposive sampling disesuaikan dengan tujuan penelitian. Ukuran sampel tidak dipersoalkan. Sampel yang diambil hanya yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan kata lain, sampel yang dihubungi adalah sampel yang sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya, suatu penelitian tentang tata tertib lalu lintas di kota Bandar Lampung. Sampel yang diambil hanya pemilik kendaraan bermotor yang tercatat di kepolisian atau pemilik SIM. Pengumpulan data hanya terbatas pada sampel purposive tersebut, tidak termasuk pengendara yang mungkin bukan pemilik kendaraan bermotor atau mungkin tidak memiliki SIM. Setelah jumlahnya dianggap cukup, maka pengumpulan data dihentikan dan dilakukan pengolahan data. 13
D. KLASIFIKASI PENELITIAN SOSIAL
1. Berdasarkan Sifat dan Tujuan Penelitian
Soerjono Soekanto melihat dari segi “sifat penelitian”, beliau membedakan penelitian sosial menjadi tiga tipe, yaitu penelitian eskploratori, penelitian deskriptif, dan penelitian eksplanatori. 14 J. Vredenbregt melihat dari segi “tujuan penelitian”, beliau juga membedakan penelitian sosial menjadi tiga tipe, yaitu penelitian eksploratori, penelitian deskriptif, penelitian eksplanatori.15 Robert K. Yin melihat dari segi strategi studi kasus, ada tiga tipe studi kasus penelitian sosial yaitu exploratory case study, descriptive case study, and explanatory case study.16 Dengan demikian, ada tiga tipe penelitian sosial, yaitu:
12 Abdulkadir Muhammad. Op. Cit. hlm. 38-47
13 Musa dan Nurfitri. Op. Cit. hlm. 93
14 Soerjono Soekanto. Op. Cit. hlm. 50
15 J. Vredenbregt. 1981. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Penerbit Gramedia. Jakarta.
16 Robert K. Yin. Op. Cit. hlm. 15.
14
a. penelitian eksploratori (exploratory study); b. penelitian deskriptif (descriptive study); c. penelitian eksplanatori (explanatory study).
1.1 Penelitian Eksploratori
Penelitian eksploratori bersifat mendasar dan bertujuan untuk memper- oleh keterangan, informasi, data mengenai hal-hal yang belum diketahui. Karena bersifat mendasar, penelitian ini disebut penjelajahan (eksploration). Penelitian eksploratori dilakukan apabila peneliti belum memperoleh data awal sehingga belum mempunyai gambaran sama sekali mengenai hal yang akan diteliti.
Penelitian eksploratori tidak memerlukan hipotesis atau teori tertentu. Peneliti hanya menyiapkan beberapa pertanyaan sebagai penuntun untuk memperoleh data primer berupa keterangan, informasi, sebagai data awal yang diperlukan.
Metode pengumpulan data primer yang digunakan adalah observasi di lokasi penelitian dan wawancara dengan responden. Mereka yang dapat dijadikan responden adalah tokoh masyarakat setempat, pejabat pemerintah daerah setempat, anggota kelompok masyarakat tertentu, semuanya yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian eksploratori. Penelitian eksploratori adalah semacam studi kelayakan (feasibility study)
Misalnya, peneliti ingin memperoleh data awal tentang kemungkinan mendirikan cabang perusahaan asuransi jiwa di kota Metro. Peneliti menyusun daftar pertanyaan (bukan rumusan masalah) guna mengetahui potensi pemasaran asuransi jiwa sebagai berikut: a. Berapa jumlah penduduk di kota Metro? b. Apa mata pencarian mereka? c. Berapa jumlah pendapatan per kapita? d. Apa ada perusahaan asuransi jiwa di kota Metro? e. Bagaimana pengetahuan penduduk tentang asuransi jiwa? f. Apakah pernah dilakukan penelitian tentang asuransi jiwa di kota Metro? g. Apakah pernah dilakukan pemasaran asuransi jiwa melalui penyuluhan kepada penduduk kota Metro? h. Dan seterusnya sesuai dengan tujuan penelitian.
Berdasarkan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan hasil analisis dapat disimpulkan apakah cukup potensial atau tidak membuka cabang asuransi jiwa di kota Metro. Hasil penelitian eksploratori tersebut dijadikan masukan bagi manajemen kantor pusat perusahaan asuransi jiwa untuk mengambil keputusan apakah patut membuka kantor cabang asuransi jiwa di kota Metro.
1.2 Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keberadaan komunitas tertentu yang berdiam di tempat tertentu, atau mengenai gejala sosial tertentu, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Pada penelitian tipe ini, peneliti biasanya sudah memperoleh data awal atau mempunyai pengetahuan awal
15
tentang masalah yang akan diteliti. Pada penelitian deskriptif, seorang peneliti sudah biasa menggunakan teori atau hipotesis. Contoh penelitian deskriptif yang akan diperoleh paparannya adalah mengenai: “Kesadaran hukum masyarakat pengguna jalan raya terhadap ketertiban lalu lintas di Kota Bandar Lampung”. Masalah yang dapat dikemukakan adalah: Faktor-faktor apakah yang menyebab- kan tingginya angka kecelakaan lalu lintas angkutan kota di Bandar lampung?
Dugaan yang dapat diperkirakan sebagai penyebab tingginya angka kecelakaan lalu lintas angkutan kota adalah faktor pengemudi angkot, pejalan kaki, pedagang kaki lima, petugas parkir, yang tingkat kesadaran hukumnya rendah, dan faktor sarana lalu lintas yang tidak sempurna di kota Bandar Lampung. Apa benar demikian? Fokus penelitian adalah pada kesadaran hukum pengemudi angkot, pejalan kaki, pedagang K5, petugas parkir, dan sarana lalu lintas (luas jalan, pembatas jalan, trayek angkot, rambu-rambu lalu lintas, fasilitas parkir, sebra cross, jembatan penyeberangan). Lokasi penelitian di kota Bandar Lampung. Faktor-faktor yang akan diungkapkan adalah faktor objektif (sarana lalu lintas), dan faktor subjektif (manusia pengguna jalan raya).
Faktor objektif yang dapat diungkapkan meliputi: a. Jalan dilengkapi/tidak dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas. b. Berfungsi/tidak berfungsinya rambu-rambu lalu lintas. c. Jalan memakai pembatas/tidak memakai pembatas. d. Jalan dijadikan/tidak dijadikan tempat parker. e. Jalan ditempati/tidak ditempati oleh pedagang kaki lima. f. Jalan dilengkapi/tidak dilengkapi tempat penyeberangan khusus; g. Trayek angkot ditentukan/tidak ditentukan, padat/tidak padat.
Faktor subjektif yang dapat diungkapkan meliputi: a. Tingkat pendidikan b. Pengetahuan tentang peraturan lalu lintas (UU No.14 Tahun 1992). c. Pengetahuan persyaratan teknis kendaraan bermotor. d. Lama pengalaman jadi supir angkot. e. Cara memperoleh SIM. f. Angkot milik sendiri atau pengusaha. g. Sistem penegakan hukum lalu lintas.
Gambaran atau paparan yang diperoleh berdasarkan faktor-faktor yang diungkapkan tadi akan menentukan tinggi/rendah tingkat kesadaran hukum pengguna jalan raya dan keefektifan sarana lalu lintas di kota Bandar Lampung, sehingga pelaksanaan lalu lintas menjadi semrawut/tidak semrawut. Menurut teori sosiologi hukum lalu lintas, makin tinggi kesadaran hukum pengguna jalan raya, makin sempurna sarana lalu lintas, makin kecil kemungkinan terjadi kecelakaan lalu lintas. Sebaliknya, makin rendah kesadaran hukum pengguna jalan raya, makin tidak sempurna sarana lalu lintas, makin besar kemungkinan terjadi kecelakaan lalu lintas. Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah: “Makin rendah kesadaran hukum pengguna jalan raya dan makin tidak sempurna sarana lalu lintas, makin tinggi angka kecelakaan lalu lintas”.
16
1.3 Penelitian Eksplanatori
Penelitian eksplanatori bersifat penjelasan dan bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah ada. Contoh penelitian eksplanatori bidang hukum keluarga adalah mengenai: “Pengaruh kesejahteraan rumah tangga terhadap kenakalan remaja”. Hipotesis yang akan diuji misalnya adalah “Makin sejahtera kehidupan rumah tangga, makin rendah tingkat kenakalan remaja”.
Ternyata hasil penelitian hukum keluarga menunjukkan pengaruh negatrif yang signifikan, berarti hipotesis itu tidak benar, harus ditolak. Kehidupan rumah tangga masyarakat umumnya sudah sejahtera, namun tingkat kenakalan remaja masih tinggi, ini berarti ada variabel lain yang menjadi penyebab kenakalan remaja, tetapi luput dari penelitian, misalnya faktor siaran televisi atau bacaan tidak mendidik (porno, kekerasan, kekejaman).
E. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN SOSIAL
Walaupun bidang ilmu sosial berbeda satu sama lainnya, tidak berarti penelitiannya akan berbeda sama sekali antara satu sama lain. Langkah-langkah yang akan ditempuh selalu mempunyai kesamaan. Langkah-langkah penelitian sosial paling tidak adalah sebagai berikut.
1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah dapat dibuat dalam bentuk kalimat tanya atau kalimat pernyataan, sekhusus mungkin tetapi tetap mencerminkan adanya hubungan antara berbagai variabel. Rumusan masalah yang jelas akan menghindari pengumpulan data yang tidak perlu, sehingga dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Penelitian akan lebih terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Para ilmuan mengatakan: Masalah yang dirumuskan dengan baik berarti setengah dari kegiatan penelitian sudah selesai.
Adapun contoh rumusan masalah, antara lain mengenai pembagian harta bersama akibat perceraian suami dan istri adalah sebagai berikut:
“Sistem pembagian manakah yang dianggap cocok untuk dijadikan dasar pembagian harta bersama akibat perceraian antara suami dan istri” di daerah
Lampung? Mengapa sistem pembagian yang dijadikan masalah? Karena hukum waris yang berlaku di Indonesia masih pluralistis, ada yang mengikuti ketentuan KUHPdt, ada yang mengikuti ketentuan hukum adat, dan ada yang mengikuti ketentuan hukum Islam. Dalam rumusan masalah tersebut terdapat beberapa faktor yang termasuk dalam lingkup masalah, yaitu: a. perceraian suami istri (sebab); b. pembagian harta bersama (akibat); c. sistem pembagian yang dianggap cocok (instrumen). d. daerah Lampung (lokasi penelitian).
17
2. Strategi Penelitian (Pendekatan Masalah)
Setiap bidang ilmu mempunyai karakteristik penelitiannya masing-masing, termasuk juga ilmu-ilmu sosial. Khusus mengenai strategi penelitian (pendekatan masalah) sangat tergantung pada jenis penelitian. Pendekatan masalah adalah proses penyelesaian atau mencari solusi yang efektif dan efisien terhadap masalah penelitian yang telah dirumuskan sehingga mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam ilmu sosial dikenal tiga jenis penelitian, yaitu penelitian normatif, penelitian terapan, dan penelitian empiris.
2.1 Penelitian Normatif
Pada penelitian normatif, pendekatan masalah yang dapat digunakan umumnya adalah content analysis approach. Untuk menggunakan content analysis approach, peneliti lebih dahulu telah merumuskan masalah dan tujuan penelitian. Masalah dan tujuan penelitian perlu dirumuskan secara rinci, jelas, akurat. Makin rinci, jelas, dan akurat rumusan masalah, makin jelas, luas, dan pasti tujuan yang akan dicapai.
Dalam konteks penelitian normatif, ada tiga tipe pendekatan content analysis, yaitu: a. Pendekatan eksploratori (exploratory approach)
Pendekatan tipe ini adalah tingkatan pertama dan sederhana yang digunakan peneliti dalam content analysis approach. Pada tipe ini, peneliti ber- tujuan untuk memperoleh data awal melalui kegiatan penjelajahan (exploration) terhadap objek penelitian. Di sini peneliti belum memiliki data/informasi sama sekali mengenai objek penelitian. Untuk memperoleh data/informasi awal itu, peneliti menyusun daftar pertanyaan penuntun (bukan rumusan masalah) sesuai dengan kebutuhan. Jawaban yang diperoleh atas pertanyaan penuntun dalam penjelajahan, kemudian disusun secara lengkap, rinci, dan sistematis sebagai data/informasi awal untuk pengambilan keputusan. b. Pendekatan tinjauan/ulasan (review approach)
Pendekatan tipe ini adalah tingkatan kedua yang digunakan peneliti dalam content analysis approach. Pada tipe ini, peneliti bertujuan untuk memperoleh gambaran lengkap, rinci, jelas, dan sistematis tentang beberapa aspek normatif yang dibahas atau diulas. Pada tipe ini, peneliti melakukan tinjauan dari berbagai aspek filosofis, sosiologis, yuridis, guna mengungkapkan ketidaksempurnaan, kelemahan, kekurangan, kecerobohan, kerugian, mudharat dari ketentuan acuan normatif yang menjadi objek penelitian. Ketidaksempurnaan tersebut akan menghambat pembangunan, merugikan kepentingan masyarakat, pihak-pihak, bahkan negara. c. Pendekatan analisis komprehensif (comprehensive analysis)
Pendekatan tipe ini adalah tingkatan ketiga dan tertinggi serta lebih lengkap dan rinci dalam content analysis approach dibandingkan dengan tipe review approach. Pada tipe ke-3 ini, peneliti mengungkapkan tidak hanya segi ketidaksempurnaan, tetapi juga segi keunggulan, dan sekaligus menunjukkan solusi terbaik dan tepat yang perlu dilakukan oleh tokoh masyarakat atau
18
pembuat undang-undang, atau pengambil keputusan. Pendekatan compre- hensive analysis adalah tipe analisis yang paling berbobot dari segi akademik dan teknik perundang-undangan.
2.2 Penelitian Terapan
Pada penelitian terapan, pendekatan masalah yang dapat digunakan adalah applied approach. Untuk menggunakan applied approach, peneliti lebih dahulu telah merumuskan masalah dan tujuan penelitian serta langkah-langkah yang akan ditempuh. Makin rinci, jelas, dan akurat rumusan masalah, makin jelas, luas, dan pasti tujuan yang akan dicapai berdasarkan langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian terapan. Rumusan masalah dan tujuan penelitian dijadikan dasar pengumpulan, pengolahan, dan analisis data serta dasar pembuatan sistematika hasil penelitian terapan. Analisis data dilakukan secara kualitatif, komprehensif, dan lengkap, sehingga menghasilkan produk penelitian terapan yang lebih sempurna.
3. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian sosial pada dasarnya merupakan uraian singkat tentang kerangka penelitian yang akan dilakukan. Rancangan penelitian sangat penting bagi seorang peneliti, di samping berisikan garis-garis besar pelaksanaan penelitian, juga dapat menjadi sarana untuk memperoleh dana pembiayaan dari pihak lain. Dilihat dari segi sistematika isi dan format rancangan penelitian, dalam praktiknya tidak ada keseragaman. Kadang-kadang tergantung juga pada lembaga, instansi, atau institusi masing-masing atau pihak pemberi dana. Pada perguruan tinggi tertentu biasanya telah ditetapkan sistematika dan format berdasarkan buku pedoman yang telah disepakati. Biasanya rancangan penelitian sosial diwujudkan dalam bentuk proposal penelitian (research proposal).
4. Observasi dan Wawancara
Observasi adalah kegiatan yang dilakukan di lokasi penelitian. Ada dua jenis observasi, yaitu observasi prapenelitian berupa peninjauan di lapangan, penjajagan awal mengenai segala hal yang berhubungan dengan penyusunan rancangan penelitian dan kemungkinan memperoleh data yang diperlukan.
Selain itu, observasi merupakan kegiatan pengumpulan data di lokasi penelitian dengan berpedoman pada alat pengumpul data yang sudah disiapkan lebih dahulu. Alat pengumpul data di lapangan dibuat berdasarkan rancangan penelitian. Penyusunan alat pengumpul data dilakukan dengan teliti karena menjadi pedoman pengumpulan data yang diperlukan. Selain observasi, alat pengumpul data biasanya berbentuk kuesioner, baik tertutup maupun terbuka, dan pedoman wawancara.
19
5. Pengolahan dan Analisis Data
Apabila data sudah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah meng- olah dan menganalisis data. Langkah ini sangat penting dalam penelitian sosial. Apabila kurang dipahami dan tidak dikerjakan dengan sungguh sungguh, maka hasil penelitian kurang memuaskan. Terhadap data yang sudah terkumpul dan diolah, peneliti segera menetapkan analisis apa yang sekiranya dapat dilakukan, analisis kualitatif, atau kuantitatif, atau kedua duanya. Pada tahap analisis data, secara nyata kemampuan metodologis peneliti diuji karena pada tahap ini ketelitian dan pencurahan daya pikir diperlukan secara optimal. Di sini diperlukan ketajaman berpikir. Apabila analisis data yang dilakukan tidak sesuai dengan tipe dan tujuan penelitian serta karakteristik data yang terkumpul, maka akibatnya sangat fatal.
Apabila data yang terkumpul kebanyakan bersifat pengukuran (berupa angka angka), maka analisis dilakukan secara kuantitatif. Tetapi apabila sulit diukur dengan angka, maka analisis data dilakukan secara kualitatif. Pada penelitian sosial umumnya seringkali digunakan analisis kualitatif. Data yang sudah dianalisis dibuat dalam bentuk laporan penelitian. Mengapa penelitian sosial seringkali menggunakan analisis kualitatif? Menurut Bambang Waluyo, analisis kualitatif digunakan apabila: a. Data yang terkumpul tidak berupa angka yang dapat diukur. b. Data yang terkumpul sukar diukur dengan angka. c. Hubungan antar variabel tidak jelas. d. Sampel lebih bersifat nonprobabilitas. e. Pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan observasi. f. Penggunaan teori sosial yang relevan sangat diperlukan. g. Penggunaan analisis kualitatif sangat tepat pada penelitian eksploratory, deskriptif, dan normatif. 17
Analisis kuantitatif baru digunakan apabila data yang diperoleh menunjuk- kan hal-hal seperti berikut: a. Data berupa gejala yang terdiri dari angka-angka. b. Sampel diambil dengan metode yang cermat dan teliti. c. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner tertutup. d. Hubungan antar variabel sangat jelas. e. Peneliti harus menguasai teori yang relevan
Analisis kuantitatif lebih banyak digunakan pada penelitian eksplanatori. Tetapi pada penelitian deskriptif, analisis kualitatif dan kuantitatif dapat digunakan bersama-sama.
6. Penulisan Laporan Penelitian
Laporan penelitian merupakan hasil penyajian data yang sudah diolah dan
17 Bambang Waluyo. 1991. Op. Cit. hlm.48
20
dianalisis ke dalam bentuk suatu karya tulis ilmiah. Penulisan laporan penelitian merupakan kerja terberat bagi peneliti. Peneliti diuji kemampuannya menulis karya ilmiah dengan menggunakan bahasa, kaidah penulisan ilmiah, sistematika isi, dan format yang baik dan benar sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah. Penulisan laporan penelitian memerlukan keahlian tersendiri. Melalui penulisan laporan penelitian akan diketahui kemampuan ilmiah peneliti paling sedikit meliputi empat aspek kemampuan berikut ini: a. Kemampuan menerapkan teori yang relevan. b. Kemampuan menerapkan metode penelitian yang tepat. c. Kemampuan membuat sistematika dan format laporan. d. Kemampuan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Bachtiar, Harsja. 1981. Penggolongan Ilmu Pengetahuan. Depdikbud. Jakarta. Dirdjosisworo, Soedjono. 1998. Pengantar Ilmu Hukum. Penerbit Rajawali.
Jakarta.
Huijbers, Theo. 1995. Filsafat Hukum. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Penerbit Citra
Aditya Bakti. Bandung.
Koentjaraningrat, Ed. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Penerbit
Gramedia. Jakarta.
Musa, Mohammad dan Titi Nurfitri. 1988. Metodologi Penelitian. Penerbit Fajar
Agung. Jakarta
Nazir, Mohammad. 1985. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Penerbit Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Vredenbregt, J. 1981. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Penerbit
Gramedia. Jakarta.
Waluyo, Bambang. 1991. Penelitian Hukum Dalam Praktik. Penerbit Sinar
Grafika. Jakarta.
Yin, Robert K. 1989. Case Study Research : Design and Methods. SAGE
Publications Inc. California, London, New Delhi.
Read More
Quist Sosiologi dan Politik

Quist Sosiologi dan Politik

QUIST

MATA KULIAH SOSIOLOGI DAN POLITIK
PROGRAM STUDI MANAJEMEN S-1
SEMESTER II


1. GILLIN DAN GILLIN MENGAJUKAN DUA SYARAT YANG HARUS DI PENUHI AGAR SUATU INTERAKSI SOSIAL ITU MUNGKIN TERJADI, YAITU: 1. ADANYA KONTAK SOSIAL (SOCIAL CONTACT) DAN 2. ADANYA KOMUNIKASI. JELASKAN MENURUT SAUDARA SYARAT-SYARAT TERSEBUT
2. JELASKAN BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL SEPERTI KERJASAMA (CO-OPERATION), PERSAINGAN (COMPETITION) DAN PERTENTANGAN ATAU PERTIKAIAN (CONFLICT). DAN BERIKAN CONTOHNYA MASING-MASING
3. SEBUTKAN PENGERTIAN BENTUK-BENTUK AKOMODASI DI BAWAH INI :
a. COERCION
b. COMPROMISE
c. ARBITRATION
d. MEDIATION
e. COCILIATION
f. TOLERATION
g. STALEMATE
h. ADJUDICATION
4. SEBUTKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHALANGI TERJADINYA ASIMILASI :
5. SEBUTKAN DAN JELASKAN BENTUK-BENTUK PERSAINGAN, FUNGSI PERSAINGAN DAN HASIL SUATU PERSAINGAN
6. JELASKAN YANG MENJADI TIGA PUSAT PERHATIAN SOSIOLOGI EKONOMI
7. URAIKAN DAN JELASKAN APA YANG DIMAKSUD MASYARAKAT PRA INDUSTRI DAN MASYARAKAT PRA KAPITALIS
8. SEBUTKAN PERBEDAAN DI NEGARA KAPITALIS DAN SOSIALIS AKAN SISTEM STRATIFIKASI
9. MENURUT DJOJODIGUNO (1958) DALAM BUKUNYA : ASAS-ASAS SOSIOLOGI, MEMBERIKAN DEFINISI MENGENAI CIPTA, KARSA, DAN RASA SEBAGAI BERIKUT: SEBUTKAN DEFINISI TERSEBUT
10. MENURUT KOENTJARANINGRAT (1974), MENYATAKAN BAHWA KEBUDAYAAN TERDIRI ATAS TIGA WUJUD SEBUTKAN DAN JELASKAN WUJUD TERSEBUT :
11. JELASKAN PENGERTIAN KEBUDAYAAN MENURUT BEBERAPA AHLI ?
12. APA YANG ANDA KETAHUI FUNGSI KEBUDAYAAN BAGI MASYARAKAT
13. SEBUTKAN CIRI-CIRI UMUM DAN FUNGSI LEMBAGA KEMASYARAKATAN
14. SEBUTKAN PULA FUNGSI LEMBAGA KEMASYARAKATAN :
15. UARIKAN SECARA SINGKAT TENTANG PROSES PERUBAHAN SOSIAL TERDIRI DARI TIGA TAHAP SECARA BARURUTAN ?
16. SEBUTKAN TOKOH-TOKOH YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
17. GAMBARKAN MENURUT ANDA, BAGAIMANA INTERAKSI SOSIAL TERJADI DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT
18. SEBUTKAN MACAM-MACAM PERUBAHAN SOSIAL
19. GAMBAR SECARA SINGKAT APA KETERKAITAN ANTARA GLOBALISASI DAN KETERAKITAN KEARIFAN LOKAL KAMPUNG YANG ADA DI KAMPUNG PULO LELES
20. DARI SUDUT PANDANG SOSIOLOGI MASYARAKAT KAMPUNG PULO MEMILIKI SISTEM KEKERABAN YANG KUAT ! URAIKAN BAGAIMANA SISTEM KEKERABAN MASYARAKAT ADAT KAMPUNG PULO.
Read More
10 TIP SAAT UJIAN

10 TIP SAAT UJIAN

Sepuluh tips untuk membantu kamu dalam mengerjakan ujian:
• Datanglah dengan persiapan yang matang dan lebih awal.
Bawalah semua alat tulis yang kamu butuhkan, seperti pensil, pulpen, kalkulator, kamus, jam (tangan), penghapus, tip ex, penggaris, dan lain-lainnya. Perlengkapan ini akan membantumu untuk tetap konsentrasi selama mengerjakan ujian.
• Tenang dan percaya diri.
Ingatkan dirimu bahwa kamu sudah siap sedia dan akan mengerjakan ujian dengan baik.
• Bersantailah tapi waspada.
Pilihlah kursi atau tempat yang nyaman untuk mengerjakan ujian. Pastikan kamu mendapatkan tempat yang cukup untuk mengerjakannya. Pertahankan posisi duduk tegak.
• Preview soal-soal ujianmu dulu (bila ujian memiliki waktu tidak terbatas)
Luangkan 10% dari keseluruhan waktu ujian untuk membaca soal-soal ujian secara mendalam, tandai kata-kata kunci dan putuskan berapa waktu yang diperlukan untuk menjawab masing-masing soal. Rencanakan untuk mengerjakan soal yang mudah dulu, baru soal yang tersulit. Ketika kamu membaca soal-soal, catat juga ide-ide yang muncul yang akan digunakan sebagai jawaban.
• Jawab soal-soal ujian secara strategis.
Mulai dengan menjawab pertanyaan mudah yang kamu ketahui, kemudian dengan soal-soal yang memiliki nilai tertinggi. Pertanyaan terakhir yang seharusnya kamu kerjakan adalah:
o soal paling sulit,
o yang membutuhkan waktu lama untuk menulis jawabannya,
o memiliki nilai terkecil.
• Ketika mengerjakan soal-soal pilihan ganda, ketahuilah jawaban yang harus dipilih/ditebak.
Mula-mulai, abaikan jawaban yang kamu tahu salah. Tebaklah selalu suatu pilihan jawaban ketika tidak ada hukuman pengurangan nilai, atau ketika tidak ada pilihan jawaban yang dapat kamu abaikan. Jangan menebak suatu pilihan jawaban ketika kamu tidak mengetahui secara pasti dan ketika hukuman pengurangan nilai digunakan. Karena pilihan pertama akan jawabanmu biasanya benar, jangan menggantinya kecuali bila kamu yakin akan koreksi yang kamu lakukan.
• Ketika mengerjakan soal ujian esai, pikirkan dulu jawabannya sebelum menulis.
Buat kerangka jawaban singkat untuk esai dengan mencatat dulu beberapa ide yang ingin kamu tulis. Kemudian nomori ide-ide tersebut untuk mengurutkan mana yang hendak kamu diskusikan dulu.
• Ketika mengerjakan soal ujian esai, jawab langsung poin utamanya.
Tulis kalimat pokokmu pada kalimat pertama. Gunakan paragraf pertama sebagai overview esaimu. Gunakan paragraf-paragraf selanjutnya untuk mendiskusikan poin-poin utama secara mendetil. Dukung poinmu dengan informasi spesifik, contoh, atau kutipan dari bacaan atau catatanmu.
• Sisihkan 10% waktumu untuk memeriksa ulang jawabanmu.
Periksa jawabanmu; hindari keinginan untuk segera meninggalkan kelas segera setelah kamu menjawab semua soal-soal ujian. Periksa lagi bahwa kamu telah menyelesaikan semua pertanyaan. Baca ulang jawabanmu untuk memeriksa ejaan, struktur bahasa dan tanda baca. Untuk jawaban matematika, periksa bila ada kecerobohan (misalnya salah meletakkan desimal). Bandingkan jawaban matematikamu yang sebenarnya dengan penghitungan ringkas.
• Analisa hasil ujianmu.
Setiap ujian dapat membantumu dalam mempersiapkan diri untuk ujian selanjutnya. Putuskan strategi mana yang sesuai denganmu. Tentukan strategi mana yang tidak berhasil dan ubahlah. Gunakan kertas ujian sebelumnya ketika belajar untuk ujian akhir.
Read More
BERPIKIR KRITIS

BERPIKIR KRITIS

Berpikir Kritis adalah "ketetapan yang hati-hati dan tidak tergesa-gesa untuk apakah kita sebaiknya menerima, menolak atau menangguhkan penilaian terhadap suatu pernyataan, dan
tingkat kepercayaan dengan mana kita menerima atau menolaknya."
dari Critical Thinking oleh Moore dan Parker
STRATEGI MEMBACA KRITIS
Tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut pada dirimu sendiri:
• Apa topiknya?
• Kesimpulan apa yang diambil oleh penulis tentang topik tersebut?
• Alasan-alasan apa yang dikemukan penulis yang membuatnya percaya?
o Hati-hati dengan alasan yang tidak obyektif (misalnya: alasan kasihan, ketakutan, penyalahgunaan statisktik, dll) yang dapat menipu pembaca.
• Apakah penulis menggunakan fakta atau opini?
o Fakta dapat dibuktikan.
o Opini tidak dapat dibuktikan dan mungkin tidak memiliki dasar yang kuat.
• Apakah penulis menggunakan kata-kata netral atau emosional?
o Pembaca kritis melihat di balik kata-kata untuk mengetahui apakah alasan-alasannya jelas.
Karakteristik Pemikir Kritis
• Mereka jujur terhadap diri sendiri.
• Mereka melawan manipulasi.
• Mereka mengatasi kebingungan.
• Mereka bertanya.
• Mereka mendasarkan penilaiannya pada bukti.
• Mereka mencari hubungan antar topik.
• Mereka bebas secara intelektual.
Read More